Harga Kelapa di Pasar Sidomakmur, Blora Melonjak Jelang Lebaran Ketupat

Pedagang kelapa di Pasar Sidomakmur, Blora, melayani pembeli di tengah lonjakan harga jelang Lebaran Ketupat, Jumat (11/4/2025).

Kalijaga.co – Menjelang perayaan Lebaran Ketupat, harga kelapa di Pasar Sidomakmur, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mengalami lonjakan hingga dua kali lipat dari harga normal. Jika biasanya kelapa dijual dengan harga Rp10.000 hingga Rp12.000 per butir, kini harganya melambung tinggi menjadi Rp25.000 hingga Rp40.000.

Sri Wahyuni, salah satu pedagang kelapa, mengaku kaget dengan lonjakan harga yang tidak biasa tersebut.

“Tahun lalu harga paling mahal hanya Rp12.000 hingga Rp13.000, sekarang bisa sampai Rp35.000 hingga Rp40.000. Kalau saya, paling standar ya jual Rp25.000–Rp30.000 ujarnya saat ditemui di Pasar Sidomakmur, Jumat (11/4/2025).

Sri menambahkan, harga tertinggi kelapa sempat mencapai Rp40.000, sedangkan harga terendah masih berada di angka Rp25.000. Hal ini membuat banyak pengecer kelapa (pedagang) kesulitan dalam menjual kembali kelapa karena keuntungan yang tipis.

Kondisi ini dikeluhkan juga oleh pembeli, terutama mereka yang membutuhkan kelapa dalam jumlah banyak untuk membuat sajian khas Lebaran Ketupat, seperti lepet dan opor ayam.

“Hari biasa biasanya Rp10.000–Rp12.000, ini sudah dua kali lipat lebih. Tapi tetap banyak yang beli karena mau bikin lepet,” tambahnya

Selain meningkatnya permintaan, kelangkaan pasokan kelapa juga turut menjadi penyebab mahalnya harga kelapa. Salah satunya karena perayaan Nyepi di Bali yang bertepatan dengan persiapan Lebaran Ketupat. Hal ini menyebabkan keterlambatan distribusi kelapa dari luar daerah.

Joko Margono, pedagang kelapa lain, menjelaskan bahwa kelapa yang datang dari Bali tidak bisa dikirim tepat waktu karena pengiriman terhenti selama Nyepi.

“Harga segini aja dari sana sudah 15 ribu. Kalau belum Lebaran aja kelapa bisa tujuh ribu, nah sekarang bisa dua kali lipat. Warga tetap beli karena lebaran ketupat kan tradisi, tetap masak,” jelasnya.

Lonjakan harga ini tidak hanya mempengaruhi pedagang kelapa saja, tapi juga pembeli yang membutuhkan santan. Harga santan siap pakai juga ikut naik karena bahan bakunya mahal.

Mbah Ru, salah satu pembeli, mengaku keberatan dengan harga kelapa yang tinggi, namun dirinya tetap membeli meskipun harus mengurangi jumlah pembelian. Kebutuhan akan kelapa untuk membuat berbagai olahan khas dilebaran ketupat membuat para pembeli tetap membeli kelapa untuk membuat berbagai macam olahannya itu.

“Mahal banget. Bagi warga kecil kayak saya ya keberatan. Tapi lebaran ketupat harus masak, harus bikin lepet, sayurnya juga butuh santan,” ungkapnya.

Lebaran Ketupat atau Bodho Kupat merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dirayakan seminggu setelah Idul fitri. Dalam tradisi ini, warga biasanya berkumpul bersama keluarga dan menyajikan hidangan khas yang identik dengan olahan kelapa, sehingga permintaan melonjak drastis yang dibarengi dengan perayaan hari raya nyepi, sehingga pasokan kelapa terhambat.

Para pedagang dan pembeli berharap, setelah perayaan berakhir, harga kelapa dapat segera turun dan kembali stabil seperti biasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *