Para petani Desa Pakel, bersama dengan solidaritas masyarakat yang peduli terhadap isu agraria memperingati Hari Tani Nasional tahun ini pada (24/09/2024) yang bertempat di Desa Sumberejo Pakel Banyuwangi. Peringatan Hari Tani kali ini mengangkat tema “4 Tahun Pendudukan Menuju Satu Abad Perjuangan Petani Pakel”.
Empat tahun pasca melakukan proses reclaiming dari tanah para petani yang telah dirampas oleh PT. Bumi Sari, para warga Rukun Tani Sumberejo melakukan peringatan hari tani ini demi mengumpulkan kembali jejaring solidaritas para petani Pakel yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Tiwi sebagai aktivis yang telah membersamai para petani pakel selama beberapa tahun terakhir mengatakan dengan menyambung kembali jaringan solidaritas ini, dapat menambah semangat para petani pakel dalam menyerukan hak atas tanah mereka.
“Nah ini yang kita lakukan, berjejaring dengan setiap titik konflik yang ada, bahwa perjuangan kami (petani pakel) nggak sendiri, ada yang support,” tegas Tiwi.
Tiwi menyebutkan bahwa faktor ekonomi menjadi salah satu fondasi kuat solidaritas perjuangan para petani di Pakel ini. ia menjelaskan bahwa dahulu sekitar awal tahun 1925, di desa Pakel sempat mengalami krisis ekonomi yang akhirnya membuat warga memutuskan untuk membuka lahan dan menggarapnya menjadi perkebunan maupun pertanian.
“Makanya, pada saat itu warga mencoba bertahan hidup dengan membuka lahan,” terangnya.
Meskipun para warga kerap kali mendapatkan kriminalisasi, mereka tetap mengukuhkan solidaritas sesama petani. Muhammad Soleh dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya mengatakan bahwa para petani di Pakel ini memiliki intensitas kekompakan dan rasa solidaritas yang tinggi dibandingkan dengan beberapa kasus di wilayah lain yang ia pernah dampingi sebelumnya.
“Secara keseluruhan saya lihat masyarakat masih semangat dan masih kompak memperjuangkan hak atas tanahnya,” imbuh Soleh.
Saat melakukan pendampingan kepada para petani pakel ini, Soleh mengklaim bahwa meskipun para petani sering kali ketakutan akan kriminalisasi. Sependapat dengan Tiwi, Soleh mengatakan bahwa bagaimanapun para warga memiliki semangat yang tinggi untuk terus mempertahankan tanah milik mereka. Soleh juga menegaskan bahwa bentuk perwujudan perlawanan paling nyata adalah dengan terus menanam.
“Harus terus menanam, karna dengan penguasaan itu tentu menjadi salah satu wujud perlawanan,” katanya.
Selain itu, Tiwi sebagai aktivis yang sering berdampingan juga dengan para petani mengatakan bahwa dengan menanam, para petani dapat menghidupi keluarga mereka.
“Harapanku warga tetap semangat, yah meskipun aku tahu kadang mereka lelah, karena tanah ini yang bisa menghidupi mereka, tanah ini yang akan mereka wariskan ke anak cucu mereka, karena di sini, selain tanah apa lagi yang mau mereka wariskan,” pungkas Tiwi.
Reporter : Olivia Subandi I Editor : Tsabita Sirly Kamaliya