Boikot adalah gerakan untuk mengurangi atau tidak menggunakan sama sekali produk-produk tertentu. Saat ini, boikot sangat digencarkan oleh berbagai kalangan sebagai bentuk perlawanan atas perbuatan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Menanggapi hal tersebut dan sebagai bentuk rasa kemanusiaan, Bidang Tabligh Kajian Keislaman Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berkolaborasi dengan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Sains dan Teknologi, serta Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah mengadakan TURSINA (Turba, Diskusi, dan Petik Nasihat) yang bertajuk “Apakah Boikot Berpengaruh terhadap Palestina?” di selasar Convention Hall Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu, 21 September 2024.
“Alasan memilih judul tersebut dalam diskusi kali ini karena ternyata masih banyak mahasiswa itu yang acuh tak acuh atau kurang tau informasi tentang palestina,khususnya tentang pembantaian , genosida, pembunuhan yang dilakukan oleh Israel kepada palestina. nah maka dari itu, hal yang paling mudah selain berdo’a dari diri kita yaitu memboikot produk – produk yang berafiliasi atau perusahaan – perusahaan yang mendukung terhadap isra’el.” kata Rozan Avif, Fasilitator Tursina.
Dalam kegiatan Tursina ini para mahasiswa diajak berdiskusi dan mengemukakan pendpat mereka terkait boikot.
“Gerakan boikot memang bisa digunakan sebagai alat perlawan non kekerasan karena merupakan salah satu yang penting untuk dilakukan karena dampak yang dihasilkan bukan hanya dari segi ekonomi, bisa ke politik, akademik, dan lain sebagainya. Dari sinilah, ketika kita melakukan boikot terhadap sesuatu tertentu yang berkaitan dengan ekonomi, pendidikan, kebudayaan ataupun politik itu akan menjadi tekanan sendiri bagi pihak-pihak yang yang tertekan atau ditekan pada tindakan boikot.” ungkap Azizah Rahmah, penanggap Tursina.
Azizah Rahmah juga menambahkan bahwa peran dan pengaruh media dengan influencer sebagai edukasi untuk para pengikut dan audiensnya ketika mereka mereka sama-sama memberikan edukasi yang baik atau kebaikan yang disebar maupun diunggah. Hal ini menjadi suatu titik terang agar gerakan boikot ini bisa disebarluaskan melalui media dan influencer.
Memilih untuk tidak menggunakan dan membeli produk yang pro dengan Israel merupakan salah satu dari gerakan boikot serta tetap berisik dan bersuara untuk palestina melalui postingan di paltform media sosial.
“Menerapkan gerakan boikot itu awalnya emang agak susah ya, karena kita pasti bergantung pada suatu barang atau merk tertentu yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, Alhamdulilah seiring berjalannya waktu dengan niat apalagi ditambah dengan melihat postingan yang berseliweran di media sosial tentang kejadian di Palestina yang membuat aku semakin semangat untuk memboikot dengan tidak membeli lagi produk yang pro Israel dan sekarang jadi lebih selektif dalam membeli sesuatu. Alhamdulilah, sekarang sudah bisa beradaptasi dan semakin semangat untuk mencari barang atau merk yang tidak berafiliasi dengan Israel.” kata Hadiyya Qurrota A’yun, peserta Tursina.
Dengan diadakannnya kegiatan Tursina ini, Rozan Avif mengajak untuk lebih konsisten dan istiqomah membaca , gemar belajar, gemar berdiskusi serta melek terhadap isu-isu keagamaan dan sosial yang terjadi di era ini serta jangan malu untuk speak up dan berbicara.
Melalui diskusi kecil-kecilan ini diharapkan dapat melatih retorika , melatih gaya bicara, melatih dalam mengemukakan pendapat di depan umum, dan semoga kelak memunculkan sosok pemimpin yang solutif, yang membuka cakrawala, membuka mata selebar – lebarnya akan pentingnya bahwa palestina juga berhak untuk merdeka.
Reporter : Nisa Ahsanu Nadia I Editor : Tsabita Sirly Kamaliya