Kalijaga.co- Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta menggelar Festival Perempuan Istimewa yang bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan serta praktek pertanian lestari, pola makan, dan gaya hidup yang ramah untuk ibu bumi yang berlangsung di Balé Klegung, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta(14/09/2024).
Dalam beberapa tahun terakhir, para petani seringkali dihadapkan pada krisis iklim yang kian memburuk. Salah satu efek dari adanya krisis iklim ini yaitu terjadinya pergeseran musim hujan dan kemarau yang dapat menyebabkan gagal panen. Selain itu, krisis iklim juga mengakibatkan mewabahnya hama yang dapat merugikan mereka.
“Mbak, petani hari ini tuh susahnya berkali-kali lipat. iklim genting, petani pontang-panting. kenapa? karena gagal panen, hama yang tadinya hanya ada dua,tiga atau 4 jenis. Ternyata sekarang muncul hama varian baru. ketika penggunaan pupuk tidak digunakan maka akan ada hama baru yang akan menyebabkan gagal panen” keluh Yohana Suinem, salah satu petani perempuan di Kulon Progo.
Efek dari adanya krisis iklim ini mempercepat degradasi pestisida yang berarti pestisida akan efektif dalam waktu yang lebih singkat, yang menyebabkan petani meningkatkan tingkat aplikasi pestisida mereka. Dengan adanya peningkatan penggunaan pestisida kimia ini akan berdampak pada pencemaran lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat.
“Hari ini kita mengundang semua petani untuk sama-sama kita saling belajar dan saling bertukar pengalaman betapa susahnya petani hari ini tidak hanya karena candu terhadap produk-produk industrial tapi juga karena situasi krisis iklim yang makin genting,”ungkap Sana Ullaili, Ketua Badan Eksekutif Komunitas SP Kinasih Yogyakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PAN Organizing menunjukkan bahwa produksi satu kilogram pestisida rata-rata membutuhkan energi 10 kali lebih banyak dibandingkan satu kilogram pupuk nitrogen. Sama halnya dengan pupuk nitrogen, pestisida juga dapat melepaskan emisi gas rumah kaca setelah digunakan. Beberapa pestisida, seperti sulfuril fluorida, juga merupakan gas rumah kaca yang kuat, memiliki potensi hampir 5.000 kali lebih besar daripada karbon dioksida. Selain itu, pestisida fumigan terbukti meningkatkan produksi nitrogen oksida di dalam tanah sebanyak tujuh hingga delapan kali lipat.
Dampak dari penggunaan pestisida kimia ini dapat memperparah krisis iklim yang sedang terjadi saat ini. Oleh karena itu, solusi nyata untuk mengakhiri lingkaran setan ini diperlukannya praktek pola pertanian lestari yang tidak hanya berorientasi pada hasil panen namun juga memperhatikan keseimbangan antara alam dan manusia.
Pola pertanian lestari sendiri mengacu pada praktek pengolahan pertanian tradisional seperti masa nenek moyang. Selain itu, tidak seperti penggunaan pestisida kimia yang mengandung unsur racun yang bersifat membunuh hama. Pertanian lestari sendiri lebih fokus untuk mengendalikan hama, bukan membunuhnya.
Hal inilah yang dilakukan oleh para perempuan petani Kulon Progo yang tergabung dalam Kelompok Karya Lestari Mandiri (Karisma) yang telah meninggalkan praktek pengolahan pertanian modern dan beralih ke praktek pengolahan pertanian tradisional.
“Para perempuan petani istimewa saat ini tengah berjuang supaya iklim tidak semakin genting, iklim tidak semakin krisis, ibu bumi tidak semakin rusak, tubuh kita tidak semakin ringkih,”ujar Sana.
Penggunaan diksi ‘istimewa’ disematkan untuk para perempuan petani Kulon Progo yang telah menerapkan praktek pertanian lestari dan berkomitmen untuk tidak kecanduan pada penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
“Kenapa kita pakai kata istimewa karena sebenarnya makin jarang, makin langka para petani yang berkomitmen menjaga ibu bumi lestari dari kecanduan,” jelas Sana.
Dengan adanya Festival Perempuan Istimewa ini merupakan bentuk apresiasi terhadap para perempuan petani yang telah berpartisipasi untuk memanfaatkan, merawat, menjaga dan memperhatikan alam sekitar secara baik agar tetap lestari.
“Hari ini menjadi hari bagi kita semuanya sebagai forum, ruang untuk memberikan apresiasi, penghargaan, pengakuan terhadap kerja para perempuan petani istimewa ini yang sudah bersusah payah untuk lepas dari kecanduan pupuk dan pestisida kimia.” pungkas Sana.
Reporter : Rozanatu Dzil Izzati | Editor : Najwa Azzahra