Kalijaga.co- Menjadi TPA percontohan terbaik di Provinsi Yogyakarta membuat Anwar Rasyid kian dikunjungi banyak lembaga dari berbagai daerah. Tercatat sepanjang 2024 awal hingga saat ini, ada 5 kunjungan berbeda baik dalam rangka studi tiru, kuliah lapangan, hingga kerja sama dalam bidang dakwah dan pendidikan. Faktanya, Anwar Rasyid sudah mencetak santri berprestasi dan memenangkan berbagai lomba, hingga ketika digelarnya lomba FASI (Festival Anak Sholeh Indonesia) ke-XII Anwar Rasyid semakin tersorot dengan lolosnya Nitisara Hayati cabang lomba Tartil TKA ke Tingkat Nasional pada bulan Oktober mendatang.
Semua prestasi dan pencapaian yang diraih juga bukan tanpa alasan. Terlihat dari besarnya perjuangan dan keseriusan para pengajar dalam mendidik tiap santri. Segalanya dibarengi dengan keikhlasan dan doa yang tak terputus. Hal itulah yang menjadi kemungkinan semakin dikenal dan berkembangnya TKA-TPA-TQA Anwar Rasyid.
Pada Minggu, 15/9 kemarin, Anwar Rasyid kembali mendapatkan kunjungan dari Badan Koordinasi (Badko) Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Kecamatan. Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sekitar 56 dari 60 TPQ di seluruh Kecamatan Nguter dengan 200 staf pengajar melakukan studi tiru ke Anwar Rasyid. Proses studi tiru dilaksanakan di Masjid Anwar Rasyid, Kecamatan Baciro, Kota Yogyakarta.
Studi tiru ini dilakukan berangkat dari keresahan pengajar di banyak TPA. Dengan berkembangnya zaman dan penggunaan gadget yang tidak terkendali, banyak santri enggan untuk berangkat ke TPA. Alasan sudah dewasa dan tidak perlu mengaji di TPA lagi pun menjadi fakta tak terbantahkan.
Direktur TKA-TPA-TQA Anwar Rasyid Taufiqurohman menjelaskan dalam materinya terkait sistem dan manajemen TPA, pada dasarnya, membangun sebuah lembaga tidak memerlukan bangunan yang mewah, santri yang banyak, dan fasilitas yang memadai. Harus dibarengi dengan ketulusan dalam berjuang, pengorbanan, sistem yang baik, cara mengajar yang menyenangkan, dan menjadi uswatun hasanah atau contoh yang baik terlebih dahulu untuk santrinya.
“TPA itu harus dikelola dengan keseriusan. Bukan hanya sekadar asal datang, mengaji, lalu pulang,” tambahnya.
Secara hakiki, pondasi awal yang harus dibangun sebelum melangkah ke TPA adalah niat. Baik niat dari santri, orang tua, atau pengajar. Segala sistem dan manajemen yang baik dan tersusun rapi akan sia-sia jika tidak didasari niat dan kesungguhan dari segala aspek yang terlibat.
“Karena Anwar Rasyid sudah pernah menjadi TPA percontohan di Jogja, kami berharap semua sistem yang diterapkan di Anwar Rasyid dapat kami implementasikan di TPQ-TPQ Kecamatan Nguter. Prestasi-prestasi yang semula belum sampai tingkat provinsi bahkan hanya di kabupaten pun belum tentu lolos. Kami berharap nanti di kesempatan yang akan datang menjadikan lebih baik lagi bagi TPQ kami,” ungkap Agus Tursilo Wisanto, Ketua Badko LPQ Kecamatan Nguter.
Reporter : Vivi Karlina | Editor : Hanan Yumna Nurul Laila Hidayat