Kalijaga.co – G-Festival KPI 2024 menyelenggarakan Talk Show bertajuk “Dibalik Layar Film Seni Memahami Kekasih” membedah gaya kepenulisan hingga bisa di adaptasi menjadi sebuah film. Acara ini bertempat di teatrikal perpustakaan UIN Sunan Kalijaga pada Rabu (04/11).
Kegiatan menulis catatan keseharian menjadi tidak biasa ketika penulis bisa memaknainya dengan pengetahuan. Tulisan yang memiliki emosi dan bisa mewakili perasaaan khalayak akan menarik minat pembaca. Tidak heran jika kumpulan cerita yang bersifat personal bisa menjadi buku hingga di adopsi menjadi sebuah film.
Sarjoko selaku narasumber sekaligus pembedah film memaparkan bahwa film Seni Memahami Kekasih(SMK) ini merefleksikan pengalaman pribadi jadi sebagai penonton akan merasa terealisasikan atau terwakilkan. Filmnya menghadirkan kisah nyata seorang Agus dan Kalis sebagai kisah kita yang digambarkan biasa sekali. Hal ini menjadi keunikan film SMK berani mengambil langkah-langkah yang tidak biasa untuk mengangkat cerita orang biasa.
“Para penonton mencoba digambarkan dalam film ini,maka lokasi syuting yang dipakai adalah tempat-tempat low budget misalkan kos-kosan,toko buku terban,” ujar Sarjoko.
Ketika membicarakan sebuah tulisan yang bersifat personal,pembaca pasti akan mendapatkan sesuatu hal apabila jika kejadiannya sama dengan pengalaman pribadi. Meskipun kejadiannya sama tetapi memiliki pemaknaannya berbeda. Jadi,pengalaman kolektif perlu dipilih agar menjadi gambaran umum bagi banyak orang.
“itu merepresentasikan bahwa film ini memang mengarah ke audience,”imbuhnya.
Agus Mulyadi selaku penulis buku Seni Memahami Kekasih memaparkan bahwa cerita keseharian sangat bisa untuk dijadikan sebagai bahan tulisan. Kadang banyak orang berfikir menulis itu harus ilmiah,teoritis dan banyak referensi padahal tidak. Perspektfinya mengenai catatan keseharian berubah setelah karya dari Raditya Dika dulu sebelum terkenal berjudul “Kambing Jantan” yang menceritakan tentang keseharian sebagai mahasiswa laku dan laris di pasaran.
“Kemudian saya berfikir orang tidak terkenal tetapi bisa menulis cerita keseharian dan laku laris ,saya juga bisa. Hal inilah yang membuat saya pede untuk membuat catatan keseharian,”papar Agus.
Agus memulai karier menulis sebagai penulis blog pribadi. Disitu terdapat banyak tulisan-tulisannya yang menceritakan pengalaman kesehariannya. Selain di blog pribadi ia juga mengirimkan tulisan di media online. Tulisan yang berjudul “Yang Bisa (Dan Seharusnya) Dilakukan Jomblo Saat Valentine” diterima dan dimuat media online Jawa post. Hal ini menunjukkan Jawa Post juga menerima tulisan dengan konsep tema yang ringan dan receh.
“Padahal tulisan ini tulisan konyol yang tidak memiliki dampak bagi perubahan sosial dalam ekstalasi politik tapi diterima”imbuh Agus.
Sarjoko menambahkan bahwa film Seni Memahami Kekasih merupakan bentuk remediasi yaitu proses representasi dari satu medium ke medium yang lain. Jika membaca bukunya, berisi cerita-cerita pendek terkait pengalaman Agus Mulyadi berinteraksi dengan pasangannya. Kemudian terdapat tambahan tulisan pada bagian judul “Memaklumi Kekonyolan Kekasihku Adalah Jalan Ninjaku”. Tetapi dalam film judul dan watak ceritanya juga berbeda.
“Kalau buku pont of view(pov) nya dari Agus sedangkan dalam filmnya point of view (pov) nya dari Kalis, ini menandakan ada proses remediasi,”ungkap Sarjoko.
Banyak unsur di dalam buku yang tidak ditampilkan dalam film,begitupun sebaliknya ada unsur film yang tidak ada di buku. Kajian remediasi melihat hal-hal yang tidak dihadirkan kemudian akan dihadirkan ke media lain menjadi lebih sempurna lagi.
Sarjoko berpesan, Di era modern sekarang penting untuk menentukan mau dikenal orang sebagai apa. Mulai membangun personal branding agar bisa menempatkan segmentasi. Setelah memilki satu fokus maka konsisten untuk menjaga perfoma.
“Yang jelas sekarang kalian ketika ingin tampil harus punya pegangan,mau fokus bidang apa dan dikenal bagaimana,”pungkasnya.
Arfan Syauqi ketua HMPS KPI menuturkan acara ini selain sebagai kegiatan keprodian juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa KPI baik penjurusan jurnalistik maupun broadcasting. Belajar cara menulis dengan baik dan bagaimana proses sebuah film yang diadaptasi dari buku.
“Selain belajar menulis dan film juga bagaimana sih cara menganalisis sebuah film,”ujar Arfan.
Reporter Nanik Rahmawati | Editor Najwa Azzahra