Jogja di Mata Mahasiswa, Murah atau Mahal?

2 0
Read Time:1 Minute, 50 Second

Kalijaga.co- Jogja merupakan tuan rumah dari berbagai instansi pendidikan, mulai dari yang dasar sampai ke perguruan tinggi. Tak heran, banyak kalangan merantau ke Jogja untuk menimba ilmu, termasuk mereka yang menjadi bagian dari program KIP (Kartu Indonesia Pintar).

Salah satunya adalah Nirmala, mahasiswi asal Nusa Tenggara Barat yang tengah menempuh pendidikan jenjang lanjut di UIN Sunan Kalijaga dengan bantuan KIP.

“Di Jogja sendiri aku bergantung sama KIP dan masih cukup buat memenuhi kebutuhan,” ujar Nirmala saat diwawancara pada Selasa (8/10).

“Apalagi Jogja itu masih lebih murah daripada di NTB. Sepuluh ribu, sebelas ribu bisa dapet nasi Padang kan di Jogja? Di sana mana dapet, paling engga ya harganya 25 ribu.”tambahnya.

Selain itu, Nirmala juga menyatakan bahwa bantuan yang ia terima sangat cukup untuk kebutuhan sehari-harinya sebagai mahasiswa.

“Setelah uangnya cair dan dipotong UKT, masih cukup banget buat kebutuhan kuliah, beli buku misalnya. Kemarin juga aku perlu laptop buat kuliah dan bisa kebeli dengan uang KIP ditambah uang sendiri.” jelasnya.

Selain Nirmala, ada Zakiya Rasyada Takayyasa, mahasiswi yang lahir di Jakarta namun kini tinggal di Bantul. Zakiya telah menerima bantuan KIP semenjak SMP dan menurutnya sangat membantu.

“Aku dapet KIP (Kartu Indonesia Pintar) sejak SMP yang waktu itu, setahuku namanya PIP (Program Indonesia Pintar). Alhamdulillah sampai kuliah semester 7 ini masih dapat terus dan sangat membantu.” tutur Zakiya.

Menurut Zakiya saat diwawancara pada Selasa (8/10), biaya hidupnya cukup terjangkau. Meskipun KIP saja belum cukup memenuhi kebutuhannya secara full dan ia masih butuh cover dari keluarga.

“Menurutku KIP itu membantu banget asal tepat sasaran.”

Berbeda dengan Zakiya dan Nirmala yang merasa biaya hidup di Jogja relatif terjangkau, Sulistyawati merasa bahwa di Jogja cenderung mahal. Sulistyawati yang merupakan warga Sleman merasa bahwa biaya kebutuhannya mahal dan tidak bisa ditutup dengan KIP sepenuhnya.

“Menurut saya mahal, apalagi kalo KIP itu suka telat cairnya.” keluh Sulis saat diwawancara pada Selasa (8/10).

Sulistyawati juga menyatakan bahwa dirinya tidak bisa bergantung pada uang KIP saja untuk bertahan hidup.

“Saya itu kan tinggalnya di pondok dengan biaya sendiri, jadi ya saya rasa mahal. Nggak bisa bergantung sama KIP saja, harus ada pemasukan lain, jadi saya kerja,” pungkasnya di akhir wawancara.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *