Kalijaga.co – Masjid UIN Sunan Kalijaga merupakan sarana ibadah yang biasa digunakan oleh civitas academica UIN Sunan Kalijaga. Sayangnya, tidak semua fasilitas yang disediakan layak untuk digunakan. Beberapa mahasiswa mengeluhkan kondisi mukena yang sudah tidak layak pakai.
Sasmita Hanum misalnya. Menurutnya, kondisi mukena yang disediakan oleh pengurus masjid kurang nyaman untuk digunakan. Pasalnya, beberapa di antaranya sudah kendur, robek, bahkan berjamur.
“Saya merasa kurang nyaman dengan fasilitas mukena yang tersedia di Masjid UIN kurang memadai sehingga pengguna mukena merasa tidak nyaman dengan keadaan mukena yang berjamur, robek, ataupun karetnya rusak,” kata mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) itu.
Selain Sasmita, Dinda Ayu Oktaviani yang juga mahasiswa KPI juga mengeluhkan kondisi mukena yang terpisah antara atasan dan bawahan, kendur, apek, dan kusut. Menurutnya, pengurus masjid setidaknya perlu untuk membersihkan mukena itu setidaknya seminggu sekali.
“Atau mungkin mukena yang tidak layak bisa diganti yang baru,” katanya.
Mahasiswa lain yang juga mengeluhkan kondisi mukena di Masjid UIN adalah Rochmatina. Menurut mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) itu mukena yang disediakan juga kurang banyak. Sebab, saat sedang banyak mahasiswa yang menunaikan sholat di sana, mukenanya harus berganti-gantian.
“Mungkin bisa ditambah lagi mukenanya,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Egi Jumandri, pengurus masjid UIN Sunan Kalijaga menjelaskan bahwa ia juga pernah mendengar keluhan-keluhan terkait mukena yang ada di Masjid UIN.
“Keluhannya itu biasanya mukenanya tertukar, misal atasnya beda bawahnya juga beda,” katanya.
Menurut Egi, hal itu bisa terjadi karena ada orang yang setelah memakai mukena tidak dikembalikan di tempatnya. Sehingga bisa tersebar ke sana kemari dan tidak sesuai atasan dan bawahannya.
Selain itu, Egi juga menuturkan masalah lain yang kerap dikeluhkan mahasiswa, yaitu adanya mukena yang lembab. Menurutnya hal itu disebabkan mukena digunakan saat masih dalam kondisi wajah yang basah. Lalu, saat sholat usai, biasanya mukena langsung dilipat begitu saja.
Padahal, menurutnya, pengurus masjid telah menyediakan hanger untuk menggantungkan mukena agar tidak lembab. Selain itu, perihal membersihkan mukena, menurutnya pihak pengurus masjid juga secara rutin mencuci mukena tiap pekan.
“Kita itu kan biasanya laundry sekali seminggu. Itu nanti dari temen-temen yang satu masjid yang cewek itu mendata, nanti dilaundry,” kata Egi.
Reporter: Ilma Ni’matul Fahmi | Editor: Aji Bintang Nusantara