Kalijaga.co – Kampung Batik Giriloyo adakan pelatihan membatik pada sabtu, (25/11). Pelatihan ini merupakan paket wisata unggulan yang bisa diikuti secara individu atau kelompok di desa Wukirsari, Imogiri, Bantul. Adanya eduwisata ini untuk memperkenalkan kepada para wisatawan bahwa pembuatan batik tulis bukan hal yang mudah dan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat sekitar.
Khibtiyah selaku Koordinator Bidang Layanan Kerjasama dan Sosial, memaparkan bahwa dengan adanya paket pelatihan membatik telah memberdayakan para pengrajin batik wanita. Selain menjadi pembatik mereka juga mendapatkan tambahan penghasilan dari jasa menjadi pemandu wisata,
“ Adanya kunjungan-kunjungan disini otomatis akan memberdayakan para pengrajin, mereka akan mendapatkan jasa sebagai pemandu wisata,” ujar Khibti.
Keharuman batik sekarang sudah tidak diragukan lagi, apalagi setelah UNESCO mengumumkan bahwa Batik sebagai budaya Indonesia. Tingkat perekonomian pengrajin batik saat itu juga membaik sekitar tahun 2008/2009. Walaupun pemasarannya masih mandiri melalui kelompok-kelompok kecil. “Karena batik yang kita jual tentu menekan kemiskinan, setiap pengerjaan satu kain batik tidak hanya cukup satu orang tapi bareng bareng,” tambahnya.
Menurut Annisa, salah satu pengunjung dari rombongan Mitsubishi Motors Bandung, konsep pelatihan membatik ini sudah bagus tinggal bagaimana mempromosikan tempat wisata supaya menarik wisatawan untuk datang. Mungkin bisa memanfaatkan media sosial untuk membuat konten-konten edukasi.
“Seru banget karena baru pertama kali, cuman dari segi promosi si dibuat semenarik mungkin untuk meng-atrack wisatawan,” ujar Annisa.
Di zaman modern sekarang promosi Batik Giriloyo juga sudah merambat ke media online seperti website. Pemasarannya masih dari kelompok kecil baik secara offline atau online. Namun, banyak ibu-ibu pengrajin yang rata- rata umurnya di atas 50 tahun jadi untuk pasar online masih kurang. Maka dari itu butuh peran anak muda yang lebih menguasai.
Dalam rangka menarik minat generasi muda untuk mengenal dan melestarikan batik tulis, para pengrajin di desa Wukirsari ini mulai mengenalkannya dengan orang terdekat. Minimal anak dari keluarga mereka diajari cara pembuatannya selain itu melibatkan mereka untuk turun ke lapangan menjadi pemandu wisata.
“Mereka juga ingin tahu tentang batik tulis dan ketika kita undang sebagai pemandu wisata mereka mau,” ujar Khibti.
Berbeda dengan Khibti, Annisa berpendapat anak muda sekarang jarang menggunakan batik karena mindsetnya merasa kuno jika mengenakan batik, berbeda dengan era yang lahirnya 90-an masih tertarik apalagi dengan model pakaian batik sekarang sudah beranekaragam sehingga terlihat modis.
“Jadi kita nggak ngerasa jaman dulu dengan pake blush – blush, jadi nggak harus lengkap pakai kebaya jarik atau segala macam,” ucap Annisa.
Selain kerajinan batik, di kampung batik giriloyo ini juga menawarkan beberapa produk alami seperti teh gurah,wedang uwuh dan pengobatan tradisional untuk para pasien membantu menghilangkan lendir di saluran pernapasan.
“Pengobatan ini sudah ratusan tahun secara turun temurun dari giriloyo,” pungkas Khibtiyah.
Reporter: Nanik Rahmawati | Editor: Maria Al-Zahra