Filosofi Stoikisme dalam Menyongsong Ketenangan dan Kebahagiaan: Bedah Buku “Filosofi Teras”

3 0
Read Time:2 Minute, 29 Second

Kalijaga.co – Dalam rangka perayaan Milad Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) mengadakan sebuah acara istimewa berupa bedah buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring. Acara tersebut berlangsung di Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada hari Selasa (10/10/2023) dan menampilkan pemikiran mendalam tentang isi buku tersebut.

Acara bedah buku ini diadakan sebagai respons terhadap banyaknya kasus yang terjadi di kalangan anak muda saat ini, seperti overthinking, altruisme, depresi, dan bahkan hingga ada yang sampai mengambil tindakan tragis karena merasa tidak memiliki nilai dalam hidupnya. Sebagai solusi, filosofi stoikisme menjadi pusat perbincangan yang menarik minat banyak kalangan. Filosofi ini menawarkan jalan menuju ketenangan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan, dengan salah satu prinsipnya adalah hidup sebagaimana seorang pemanah yang penuh perhitungan dan fokus pada sasaran.

Fahrudin Faiz, seorang Dosen Filsafat sekaligus pembicara dalam acara bedah buku tersebut memaparkan bahwa versi terbaik dalam menjalani hidup menurut stoikisme adalah menjadi seorang pemanah. Seorang pemanah, ketika akan memanah, ia akan merencanakan dengan cermat, mulai dari anak panah, arah, target sasaran dan presisi yang ia inginkan. Selanjutnya, pikiran dan suasana fokus pada target ke arah mana anak panah dilepaskan.

“Kamu rancang sebaik mungkin, semaksimal mungkin untuk tujuan yang diinginkan”, ujar Fahrudin Faiz.

Kemudian ia menambahkan, setelah anak panah dilepaskan kita sadar bahwa kita sudah tidak menguasai perjalanan anak panah tersebut. Misalkan nanti sesuai dengan keinginanmu atau tidak sesuai dengan bayanganmu, maka lepaskan. Jadi, apapun hasilnya kita terima, karena batas kemampuan kita hanya mencakup usaha yang kita lakukan.

“Melakukan semaksimal mungkin. Hasilnya apa ya tinggal tawakal”, imbuhnya.

Peserta acara ini sebagian besar adalah kalangan mahasiswa, yang cenderung dekat dengan masalah yang dihadapi oleh generasi muda yang seringkali mengalami ketidaktenangan batin. Dalam buku ini, pembicara juga menjelaskan tiga prinsip dasar untuk mencapai ketenangan hidup.

Fahrudin faiz, menjelaskan prinsip pertama jika ingin hidup nyaman adalah self-preservation atau pelestarian diri. Baginya, pelestarian diri adalah hal utama yang perlu diutamakan sebelum kita berusaha membahagiakan orang lain. Ia juga menekankan bahwa tahap ini harus diselesaikan dengan baik sebelum kita melangkah ke tahap berikutnya. Dalam pandangannya, ketika kita sudah berhasil memastikan pelestarian diri, manfaat yang kita dapat akan menjadi lebih besar.

“Jaga dirimu. Jaga kesehatan lahir dan batinmu” imbuhnya.

Kemudian, yang kedua adalah kemampuan untuk mengendalikan keinginan kita. Dalam upaya mencapai kebahagiaan, penting untuk bisa menyesuaikan keinginan kita dengan konteks dan realitas sesuai dengan kondisi kita saat ini. Kita harus realistis dalam menetapkan harapan kita.

Selanjutnya, kunci ketenangan hidup yang ketiga adalah kemampuan untuk menjinakkan pikiran. Pikiran kita selalu memberikan makna dan lebel pada setiap hal yang kita lihat. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk memberikan pemaknaan yang positif pada pengalaman dan situasi dalam hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan suasana hati yang lebih bahagia dan memandang hidup dengan lebih positif.

“Jika ketemu fakta apa saja, hadapi dengan pikiran jernih dan positif ya hidupmu akan positif, tapi kalau pemaknaanmu negatif maka hidupmu akan negatif”, ujar Fahrudin faiz.

Reporter : Nanik Rahmawati | Editor : Fikri Khairul Lisan

Happy
Happy
50 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
50 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *