Kabupaten Bantul tak hanya menghadirkan keindahan pemandangan alam, gunung Pantai yang indah. Namun banyak cerita Sejarah yang terkandung didalamnya salah satunya makam Syekh Maulana Maghribi yang berada di pesisir Pantai selatan. Makam ini terletak di Dusun Mancingan,Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta.
Syekh Maulana Maghribi merupakan tokoh agama penyebaran Islam di Jawa yang berasal dari Keturunan Pesia tanah arab. Makam Syekh Maulana Maghribi yang terawat hingga sekarang tak luput dari ditempatkanyan juru kunci abdi dalem parangkusumo oleh Kerajaan Kraton Yogyakarta. Ada 34 orang juru kunci yang ditempatkan dimakam Syeh Maulana Magribi, dari 34 itu dibagi 3 grup untuk setiap minggunya sepuluh orang.
Makam ini terletak di salah satu puncak bukit dalam deretan perbukitan parangtritis. Perjalanan menuju makam harus menaiki anak tangga melewati pepohonan yang rindang disekitar bukit, para pengemispun duduk menunggu belas kasih peziarah, semakin naik akan terlihat jelas birunya laut Selatan serta suara ombakpun terdengar gemuruhnya. Aroma harum bunga mudah tercium ketika masuk area makam. Makam Syekh Maulana ini dibuka tiap hari dan 24 jam bagi peziarah.
“Sebulan bisa sampai 1000 pengunjung ziarah, bahkan kemarin hari Minggu, 8 Oktober ada 9 bus dan satu rombongan berjumlah sekitar 500 orang,” tutur Harsono, salah satu penjaga makam.
Harsono memaparkan tujuan para peziarah berbeda-beda saat datang ke makam Syekh Maulana. Ada yang ngalap berkah, orang tua berdoa untuk anaknya, mendekatkan diri pada tuhan, hingga para pejabat atau caleg yang datang untuk dimenangkan saat pemilu.
Dari penuturan Harsono, makam Syekh Maulana Maghribi tak pernah sepi dan tiap hari pasti ada peziarah. Ini kemudian berdampak pada perekonomian masyarakat. Bagi Masyarakat peluang kegiatan perekonomian menjadi meningkat karena makam dibuka setiap hari Banyak warga disekitar area makam berprofesi sebagai pedagang. Tak hanya profesi pedagang yang mendapatkan keuntungan ada juga tempat parkir dan toilet.
“Dagangan minuman mineral dan kopi untuk kegiatan tambah-tambah saja kalau sudah sampai tengah malam saya tinggal tidur, kamar mandi & tempat wudhu mau bayar silahkan tidak juga tidak apa.” Ujar Pur, salah warga Parangtritis yang menjadi takmir mushola dan penjaga toilet di dekat makam.
Reporter: Muhammad Makhmud | Editor: Maria Al-Zahra