Kalijaga.co – Di bawah langit gelap Yogyakarta, seorang wanita muda terlihat sedang membungkus dagangannya ke dalam plastik, sementara itu di sebelahnya seorang pria berkepala empat sedang menggendong bayi. Dengan mengendarai becak dan membawa serta anak, sepasang suami istri itu menjajakan kerupuk dagangan mereka di trotoar sekitar Royal Ambarukmo.
Tulus dan Sri Wahyuni merupakan sepasang suami istri yang banyak menghabiskan waktu mereka di jalanan, Di pagi hari Tulus, sang suami bekerja di Jalan Mataram sebelah Timur Malioboro sebagai pekerja di rumah makan. Di siang hari, pria asal Gunung Kidul itu menarik becaknya di depan kantor Gubernur, Sementara itu, Sri Wahyuni, sang istri di siang hari berjualan sendirian di sekitar Lempuyangan, lalu wanita kelahiran 2003 itu dijemput oleh suaminya lalu mereka berjualan bersama.
Berbeda dengan saat bulan biasa, di bulan Ramadhan, Tulus dan Sri hanya berjualan setelah maghrib. Bahkan di bulan Ramadhan ini, pria berambut panjang itu libur di rumah makan tempat ia bekerja karena tutup sementara selama puasa Ramadhan. Tulus juga bahkan tidak menarik becak di siang hari karena sepinya pengunjung.
Bukan Hal Yang Baru
Sepasang suami istri itu tidak mencari nafkah hanya di sekitar tempat tinggal mereka, tapi juga di tempat lainnya. Rute keberangkatan mereka dimulai dari Magelang, lalu Kaliurang kilometer tujuh, kemudian jembatan Janti. Sedangkan rute pulangnya yaitu pasar Kranggan, menuju tujuan akhir stasiun Tugu Jogja.
Biasanya sejoli itu akan pulang pada pukul 23.00 – 24.00. Bukan jarak yang dekat menarik becak dengan istri dan anak sebagai penumpang dari Ambarukmo hingga Stasiun Tugu Jogja. Meski kembali larut malam, keduanya tidak takut, dan merasa jalan atau rute yang mereka lalui aman-aman saja. “Tukang becak seperti kami aman, mba di jalan. Apa yang bisa diambil dari kami.” Ujarnya sambil tertawa.
Penghasilan
Sebagai tukang becak, di hari-hari biasa ia bisa menghasilkan Rp. 100.000. “Itu saat ramai pengunjung,” ujar Tulus. Ia menjelaskan bahwa penumpangnya sebagian besar adalah wisatawan. “Kalau orang sini (Jogja) sudah pada punya kendaraan sendiri soalnya,” lanjutnya. Tulus mengatakan bahwa Malioboro merupakan tempat jasa becaknya akan lebih ramai digunakan.
Sementara itu, penghasilan yang Tulus dapatkan sebagai pekerja di rumah makan adalah Rp. 50.000 – 60.000 perharinya.
Sedangkan dari penjualan kerupuk, Sri mengaku penghasilan yang didapatkan tak menentu. Dalam sehari, wanita asal Magelang itu hanya dapat menjual tiga atau empat bungkus dengan harga RP. 15.000 perbungkus ukuran 2 Kg. Sri tidak memproduksi dagangannya sendiri. Ibu dua anak itu membeli kerupuk bal yang sudah siap konsumsi dari pasar, lalu membungkusnya ke plastik lebih kecil kemudian menjualnya.
Sepasang Orang Tua
Tulus dan Sri menikah di tahun 2020. Pasangan dengan senjang umur 25 tahun itu dikaruniai dua orang putra. Septian, putra pertama mereka yang berumur dua tahun, dan anak kedua mereka, Rizki yang baru berusia tujuh bulan.
Pasangan yang tinggal mengontrak di Gondokusuman, sebelah barat Malioboro itu sering berjualan sambil membawa anak kedua mereka yang masih bayi. “Mau tidak mau,” ucap wanita yang telah dua kali melakukan operasi caesar itu. Bayi laki-laki yang terlihat sehat itu bahkan dapat tertidur nyenyak di dalam becak ayahnya, meskipun mobil dan motor ramai berlalu lalang di sampingnya.
“Dia sudah terbiasa,” ujar suami istri itu.
Sementara anak pertama mereka yang sedang dalam usia masa aktif itu dititipkan pada satu-satunya tetangga mereka saat pergi bekerja. Mereka bersyukur tetangganya yang hanya tersisa satu itu mau merawat anak mereka. Sedangkan tetangganya yang lain sudah pindah akibat proyek pembangunan yang meruntuhkan bangunan tempat tinggal mereka.
Sri terlihat antusias dan bersemangat saat menceritakan anaknya, bahkan ia juga tidak segan menunjukkan foto anaknya dari baru lahir, dan tumbuh kembangnya hingga saat ini. Di pernikahan mereka, itu merupakan pertama kalinya Sri menjadi orang tua. Sedangkan bagi Tulus itu bukan kali pertamanya. Sebelumnya Tulus pernah menikah dan dikaruniai anak yang hampir seumuran dengan Sri. Namun saat ini anak pertamanya itu sudah merantau ke Samarinda, Kalimantan Timur.
Anak Jalanan
Sri mengaku sudah sedari kecil tinggal di Jogja. Sri yang pada waktu itu masih sangat belia ditinggalkan oleh ibunya di jalanan Jogja dan kembali ke Magelang. “Alhamdulillah saya ditemukan orang baik yang mau merawat saya dan menyekolahkan saya,” tutur Sri. Wanita berkerudung itu penasaran apa alasan ibunya meninggalkannya lalu kembali mencarinya saat dewasa. Kemudian ia mengetahuinya. “Ibuku itu bilang: ya aku harus tinggalin kamu kalau sama dia (ayah tiri Sri).” Sri merasa tidak habis pikir dengan tindakan ibunya yang lebih memilih meninggalkan anaknya demi suami barunya. “Kalau dia sayang saya, dia akan tetap bersama saya dan meninggalkan bapak ( tiri ),” ungkapnya.
Latar Pendidikan
Hampir meniadi anak panti asuhan atau kemungkinan lebih buruk, namun ia diselamatkan oleh orang yang mau merawatnya hingga memasukkannya ke sekolah dasar. Namun, sayangnya Sri berhenti sekolah saat ia duduk di kelas dua. Sri mengungkapkan penyebabnya adalah karena ia tidak suka dengan perlakuan temannya yang nakal dan suka mengejeknya. Putus sekolah juga dialami Tulus yang hanya sempat mengenyam bangku sekolah dasar.
Reporter : Wimbi Nur | Editor : Tsabita Sirly