Kisah Annisa Yuni, Mahasiswi Asal Banyumas yang Kuliah di UAE : Memilih Untuk Ngajar Ngaji Jika Pulang Ke Indonesia

0 0
Read Time:3 Minute, 24 Second

KALIJAGA.CO-Annisa Yuni Thorika (24) merupakan salah seorang mahasiswi asal Banyumas, Jawa Tengah yang sedang menempuh pendidikan di tahun ketiga Univeristas Al-Qasimia, Sharjah, Uni Emirat Arab. Annisa mengambil jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (dalam Bahasa Indonesia) melalui beasiswa yang berhasil diraihnya pada tahun 2021.

Meskipun ia sedang berjuang dengan penuh kekuatan di tempat belajar impiannya, namun kabarnya ia memilih menjadi guru ngaji jika sudah waktunya pulang ke tanah air.

Sebelumnya, Annisa pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo, Jawa Tengah. Berbekal dari pesantren itulah Annisa memiliki kemampuan berbahasa Arab yang mengantarkannya pada takdir yang telah diusahakannya.

Baginya, Universitas Al-Qasimia adalah impian yang saat itu betul-betul diperjuangkan karena cukup menguras waktu, tenaga, dan biaya untuk legalisir berkas. Terlebih ketika pendaftaran beasiswa dibuka, pandemi Covid-19 masih merajalela di Indonesia.

“Pas wawancara itu belum pede bakal diterima, mana pengin banget. Tapi memang ini rezeki dari Allah buat siapa-siapa yang Allah mau,” ucap Annisa kepada Kalijaga.Co via gmeet, Sabtu (2/3/2024).

Selama di Uni Emirat Arab, Annisa tinggal di sebuah gedung yang penuh dengan nilai estetika, tepatnya di salah satu ruangan yang cukup besar untuk ukuran lima orang dengan dua kamar mandi dalam.

“Disini tuh, ya… bangunannya jor-joran kayak istana, bisa dibandingin sama hotel bintang tiga,” ucap Annisa.

Ia juga bercerita bahwa terdapat perbedaan antara kebiasaan mahasiswa Indonesia dengan kebiasaan orang-orang UAE yang sudah tentu mahasiswanya berasal dari berbagai negara di penjuru dunia. Menurut Annisa, mahasiswa luar negeri lebih mudah untuk menyatakan pikirannya lewat debat-debat, juga terkadang keras kepala jika sedang membahas sesuatu.

“Pernah ada di moment itu dan kaget. Mungkin kebiasaan dari negara mereka begitu, ya. Ada yang ketika mau menyampaikan usulan atau bertanya, mereka mengangkat tangan kirinya. Ada pula yang ingin ke toilet, langsung keluar tanpa izin,” ujar Annisa Yuni.

Di sisi lain, keheranan Annisa bertambah ketika menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa kebanyakan dari dosen pengampu mata kuliah betul-betul menghargai hak mahasiswa, seperti menolak telepon ketika sedang mengajar sekalipun itu dari pimpinan dari universitas.

“Terkadang meminta izin ke mahasiswa untuk mengangkat telepon selama 1 menit, setelah itu memberi tahu orang di telepon bahwa beliau sedang mengajar,” katanya.

Bersamaan dengan itu, Annisa juga perlu beradaptasi dengan cara belajar teman-temannya ketika kuliah sedang berlangsung.

“Sebelumnya, aku lebih suka ngerjain tugas itu sistem kebut semalam, trus pas kuliah jadi ngantuk dan kurang memperhatikan. dan semenjak kuliah offline itu aku jadi sadar bahwa persaingan itu bener-bener ada,” ucapnya.

Menurut Annisa, hal ini terjadi karena pelajaran yang perlu betul-betul untuk dipahami itu sangat banyak, sehingga jika tidak paham maka baiknya langsung tanyakan ke dosen supaya dapat dengan mudah mengulang pelajaran.

Dengan dinamika pembelajaran seperti itu, ia merasa perlu memperbaiki cara belajarnya.

“Setelah subuh, zikir dan hafalan, habis itu kuliah dari pagi sampai siang, istirahat dan makan, nyempetin waktu buat refresh otak, abis ashar hafalan lagi, trus belajar dan ngerjain tugas,” jelasnya.

“Kuncinya, jalanin aja.” lanjut Annisa menegaskan.

Cita-Cita Untuk Indonesia

Jika berbicara soal keinginan, Annisa memiliki impian untuk kembali ke Indonesia dan menjadi guru ngaji. Annisa ingin menjadi pendakwah dan membuat lembaga pendidikan. Ia ingin menyebarkan ilmu-ilmu al-Quran dari hal-hal kecil.

“Lembaga-lembaga besar udah banyak dan nggak semua orang bisa masuk kesana. Padahal masalah yang ada di masyarakat adalah jomplangnya antara kuantitas masyarakat muslim di Indonesia dengan kualitas manusia muslim yang sudah bisa membaca al-Quran,” ungkap Annisa Yuni.

Berdasarkan hasil penghayatan yang dilakukan Annisa selama berkuliah, ia merasa bahwa al-Quran bukan sekadar bacaan, melainkan manusia muslim betul-betul perlu memaknai al-Qur’an.

“Aku pengen orang-orang juga menemukan sesuatu yang baru dalam al-Quran dan aku pengin membawa perasaan amaze itu ke orang-orang, mereka memahami dan mempraktikkan (al-Quran)” jelasnya.

Membumikan al-Quran memang terdengar biasa di kalangan masyarakat muslim, tapi memiliki makna besar di baliknya. Di sisi lain, istilah membumikan al-Quran juga terdengar tidak mudah diimplementasikan bagi sebagian orang karena di dalamnya menyangkut tekad dan perjuangan yang luar biasa.

“Aku pengin jadi pioner dari hal itu.” Pungkas Annisa.

Reporter : Azizah Rahmah

Editor : Ilham Dwi Rahman

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *