Berjalan sendiri bukan berarti tidak memiliki teman atau tidak mau jalan bersama teman. Bagi seseorang yang tidak menyukai “basa-basi” biasanya merasa lebih nyaman dengan jalan seorang diri. Tidak repot memikirkan topik pembicaraan dengan teman yang sedang jalan bersama dan tidak perlu merasa bersalah jika memilih diam saat berjalan.
“Aku pikir kalo bareng temen itu kita harus jadi orang yang seru gitu, sedangkan aku diem doang. Jadi, ya aku lebih suka sendiri. Bebas gitu aku mau diem, aku mau ngoceh, aku mau apa-apa terserah. Aku ga harus mikirin gimana biar seru,” tutur Lia, seorang mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga.
Kenyamanan serupa juga dirasakan oleh Umi Zuhriyah warga asli Jogja. “Situasi yang bikin aku memilih pergi atau jalan sendiri, salah satunya biar hemat waktu dan tenaga. Jadi lebih cepet aja kalau sendirian, apalagi kalau misal kebutuhanku udah jelas. Misal, aku harus pergi ke toko buku beli novel A. Nah kalau sendiri pasti bisa cepet,” jelasnya.
Ketergantungan pada orang lain lambat-laun akan berkurang. Terbiasa pergi sendiri dapat meningkatkan kepercayaan diri. Sudah tidak lagi menjadi masalah jika tiba-tiba teman membatalkan janji pergi bersama. Apapun yang sudah diagendakan sebelumnya akan tetap berjalan meski hanya sendiri.
“Tapi menurutku siapapun yang belum pernah coba pergi-pergi sendiri harus segera coba deh. Awal coba pasti aneh, tapi setelah tiga atau empat kali pasti ya biasa aja. Soalnya menurutku agak serem juga kalau pergi-pergi harus selalu ada temen, ketergantungan kayak gitu nggak enak,” tambah Umi Zuhriyah.
Berbagai kegiatan bisa dilakukan saat berjalan sendiri. Seperti halnya refleksi diri dengan menyadari hal-hal menyenangkan bahkan jengkel selama berjalan sendirian. Hal kecil dari lingkungan sekitar bisa leluasa untuk diamati saat berjalan sendiri. Lain halnya saat jalan bersama teman, seringkali sesuatu yang terjadi di sekitar hanya terlewatkan begitu saja. Mengobrol dan bercanda dengan teman terasa lebih berkesan selama perjalanan dibandingkan mengamati sekitar.
Sebuah penelitian dari ilmuwan di University of Buffalo menyatakan bahwa menghabiskan waktu sendiri bisa memperbaiki kesehatan mental hingga mendorong kreativitas. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap orang akan membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Apalagi era sekarang yang memiliki konektivitas lebih luas dan hampir tidak memiliki batas. Hal ini menjadi salah satu faktor banyak orang memilih untuk berjalan sendiri. Maraknya tren “me-time” hingga sebutan “Introvert” bagi orang-orang yang menyendiri. Banyak kemudahan juga disuguhkan seperti menemukan rute, informasi, hingga ragam destinasi hanya dengan smartphone dan koneksi internet.
Nyaman bepergian seorang diri juga tidak menutup kemungkinan untuk selalu merasa aman. Terlebih bagi seorang perempuan yang takut untuk melintasi segerombol lelaki dengan gerak-gerik mencurigakan. Bagaimanapun lingkungan yang terlihat aman belum tentu keamanannya terjamin.
“Aku emang suka sendiri, tapi kadang juga takut sendiri. Jadi, misal nih ada cewe yg mau jalan sendiri, jangan kaya orang takut gitu jalannya. Tegap aja liat ke depan, biar kayak punya wibawa. Jadi, seenggaknya kalo ada yg mau ganggu, catcalling, itu mikir mikir dulu,” pungkas Lia.
Reporter: Ajeng Sabiilla dan Ruhana Maysarotul | Redaktur: Hadiyya Qurrata