Kalijaga.co – Pemuda Jogja gaungkan aksi bela Palestina lewat siluet kaligrafi hasil karyanya. Bagi Kafka, suara solidaritas untuk Palestina dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, suara itu dituangkan dalam karya seni kaligrafi buatannya yang menyatu dengan siluet wajah. Lewat guratan tinta dan syair Arab, Kafka ingin mengajak masyarakat untuk terus peduli dan bersuara.
Kafka, mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah di UIN Sunan Kalijaga ini mengaku mulai mendalami dunia kaligrafi sejak tahun 2018. Namun, ketertarikannya pada bentuk improvisasi berupa siluet kaligrafi baru tumbuh awal tahun 2024.
“Melalui karya ini saya ingin menggugah semangat masyarakat untuk terus menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Karya ini punya makna bahwa siapa pun, tanpa memandang latar belakang, bisa ikut berkontribusi,” ujarnya.
Karyanya memang tidak sekadar indah secara visual, tetapi juga menyimpan pesan mendalam. Kafka menjelaskan bahwa kaligrafi yang ia gunakan tetap mengacu pada kaidah kaligrafi bersanad, namun dipadukan dengan potret wajah atau sketsa tokoh-tokoh yang menyentuh emosional masyarakat. Menurutnya hal ini yang menjadi kekuatan dan membedakan karyanya dengan karya kaligrafi pada umumnya.
Demi menjaga kesucian isi, Kafka tidak menggunakan ayat Al-Quran atau hadist dalam karya siluetnya. Ia memilih menggunakan syair Arab dan potongan mahfudzot yang maknanya disesuaikan dengan tema karya.
“Kalau untuk membuat siluet orang tua, saya pakai syair tentang kemuliaan orang tua, kalau untuk guru juga begitu, menyesuaikan,” jelasnya.
Dalam proses penciptaan karya, Kafka menjelaskan dirinya tidak membutuhkan studio besar. Karena dapat ia lakukan dimana saja yang menurutnya nyaman dan menambah inspirasi.
“Biasanya saya buat di kos, tapi kalau butuh inspirasi lebih, saya ke alam atau kafe,” tambahnya.
Respon masyarakat terhadap karyanya yang membawa pesan sosial, terutama tentang Palestina menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dibuktikan dengan unggahan videonya yang melambung tinggi dengan 1 juta penonton tentang siluet kaligrafi Palestina. Kafka mengaku terharu saat mengetahui banyak orang yang satu suara dengannya dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
“Masya Allah, saya kagum, ternyata publik sangat peduli dan mendukung,” ungkapnya.
Terakhir, Kafka berharap karyanya dapat menjadi medium reflektif sekaligus edukatif bagi masyarakat, bahwa seni bisa menjadi ruang perlawanan yang damai dan bermakna.
Reporter : Eivvan Jamalul Fahmi I Editor : Tsabita Sirly Kamaliya