Kalijaga.co- Di Indonesia, Hari Raya Waisak merupakan salah satu hari besar keagamaan yang diakui secara nasional. Perayaan ini berlangsung dengan khidmat dan menjadi momen penting bagi umat Buddha untuk melakukan perenungan batin setiap tahunnya.
Makna Waisak
Waisak bukan sekadar rangkaian upacara keagamaan, melainkan juga momen refleksi yang mendalam. Nilai-nilai seperti kedamaian, welas asih, pengendalian diri, dan penghargaan terhadap semua makhluk hidup adalah pesan universal yang bisa diterima dan dipraktikkan oleh siapapun.
“Hari Waisak bukan hanya sekedar ritual.. Menurut para pakar disebut living a religion ( agama adalah hidup). Jadi, dalam perayaan Waisak kita memiliki nilai kehidupan didalamnya, “ucap Anton, seorang pemuka agama Buddha di Vihara Boddhicita Maitreya pada Senin (12/05).
Namun, banyak yang belum tahu bahwa Hari Raya Waisak sejatinya memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, Sang Buddha. Oleh karena itu, Waisak juga dikenal sebagai Hari Trisuci Waisak, yang merangkum tiga momen sakral: kelahiran, pencerahan agung (Bodhi), dan parinibbana (wafatnya Sang Buddha).
1. Kelahiran
Hari Raya Waisak memperingati kelahiran Siddhartha Gautama, yang terjadi pada 423 SM. Berbeda dengan bayi pada umumnya, konon Siddhartha lahir dalam keadaan bisa berdiri dan berjalan tegak. Peristiwa ini menandai awal perjalanan spiritual menuju pencerahan dan menunjukkan betapa berharganya sebuah kehidupan.
2. Pencerahan
Makna kedua dari Waisak adalah pencerahan agung. Pada tahap ini, Siddhartha Gautama mencapai kebuddhaan setelah melalui perenungan dan pencarian panjang. Ia menemukan kebenaran hakiki tentang kehidupan manusia dan merumuskan ajaran Dharma yang menjadi dasar ajaran Buddha hingga kini.
3. Parinibbana (Kematian)
Makna ketiga adalah wafatnya Sang Buddha pada usia 80 tahun, sekitar 543 SM. Peristiwa ini disebut parinibbana, yaitu saat Sang Buddha meninggalkan kehidupan dunia. Kematian ini bukan dilihat sebagai akhir semata, melainkan bagian dari siklus kehidupan yang sarat makna dan penghormatan.
Bagi umat Buddha, Waisak juga menjadi saat yang tepat untuk bermeditasi, merefleksikan diri, serta memulai kebiasaan hidup baru yang lebih damai, seimbang, dan penuh kesadaran.
Reporter Nila Munana dan Reganessa Diosalwa | Editor Najwa Azzahra