Kalijaga.co- Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah yang menghijau, terdapat sebuah sekolah tua bernama SD Harapan. Sekolah ini sudah berdiri lebih dari tiga dekade, dengan dinding-dindingnya yang mulai pudar dan atap yang terkadang bocor saat hujan. Namun, di dalamnya terdapat semangat yang tak pernah pudar dari para guru dan siswa.
Di kelas 6B, terdapat seorang siswi bernama Izza. Izza adalah gadis cerdas yang selalu berusaha keras dalam belajar. Mimpinya adalah menjadi dokter agar bisa membantu orang-orang di desanya. Namun, Izza sering merasa kesulitan karena keterbatasan fasilitas dan buku pelajaran yang sudah usang.
Suatu hari saat pelajaran Matematika, Pak Joko, guru kelas 6B, memberikan tugas kelompok untuk memecahkan masalah matematika yang sulit. Izza dan teman-temannya, Husen dan Agna, berkumpul di bawah pohon mangga besar di halaman sekolah setelah jam pelajaran.
“Bagaimana kita bisa menyelesaikan soal ini? Buku kita tidak ada penjelasan yang cukup,” keluh Husen.
Izza berpikir sejenak.
“Bagaimana kalau kita mencari informasi di internet? Mungkin ada video atau artikel yang bisa membantu kita.” tanya Izza kepada kedua temannya.
Mereka bertiga sepakat untuk pergi ke rumah Izza setelah sepulang sekolah. Izza memiliki satu laptop tua yang sering digunakan ayahnya untuk bekerja.
Dengan semangat, mereka berlari menuju rumah Izza. Setelah menghidupkan laptop dan terhubung ke internet, mereka mulai mencari berbagai sumber belajar. izza menemukan video pembelajaran yang menjelaskan konsep matematika dengan cara yang mudah dipahami. Mereka menonton bersama sambil mencatat hal-hal penting.
“Wow! Ini jauh lebih mudah daripada yang diajarkan di kelas!” seru Agna dengan wajah ceria.
Malam itu, mereka belajar hingga larut dan berhasil menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Keesokan harinya, mereka membawa hasil kerja keras mereka ke sekolah dan menunjukkan kepada Pak Joko.
Pak Joko sangat terkesan dengan cara mereka belajar dan hasil pekerjaan mereka.
“Kalian telah menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas. Kalian bisa belajar dari mana saja,” ujarnya sambil tersenyum bangga.
Izza merasa terinspirasi. Ia kemudian mengusulkan kepada Pak Joko untuk mengadakan sesi belajar di luar kelas setiap minggu.
“Bagaimana kalau kita menggunakan teknologi untuk membantu siswa lain? Kita bisa belajar bersama-sama,” usul izza.
Pak Joko menyetujui ide tersebut dan mulai merencanakan program baru. Mereka akan mengundang siswa dari kelas lain untuk bergabung dalam sesi belajar di luar kelas menggunakan laptop dan internet.
Sejak saat itu, setiap Jumat sore, SD Harapan dipenuhi tawa dan semangat belajar. Siswa-siswa berkumpul di halaman sekolah untuk belajar bersama menggunakan teknologi. Mereka berbagi pengetahuan dan saling membantu satu sama lain. Program ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran tetapi juga mempererat persahabatan di antara mereka.
Perlahan-lahan, sekolah tua itu mulai berubah menjadi tempat yang lebih ceria dan penuh warna—seperti pelangi setelah hujan. Izza merasa bangga bisa berkontribusi dalam perubahan ini. Mimpinya untuk menjadi dokter semakin dekat dengan kenyataan karena ia tahu bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai cita-citanya.
Sekolah Harapan kini bukan hanya sekadar tempat belajar, ia telah menjadi komunitas yang saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain untuk meraih mimpi-mimpi mereka. Izza dan teman-temannya telah menunjukkan bahwa meskipun dengan keterbatasan, semangat untuk belajar dapat menciptakan perubahan positif. seperti pelangi yang muncul setelah hujan deras. Dengan tekad dan kerja keras, mereka percaya bahwa masa depan cerah menanti di depan mata, siap untuk digapai oleh setiap anak yang berani bermimpi.
Penulis : Ahmad Al Hafizh | Editor : Najwa Azzahra | Ilustrator : Ahmad Al Hafizh