Kalijaga.co-Beberapa petani padi di sawah Nologaten, Sleman, Yogyakarta terlihat lebih memilih penggunaan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik. Terlebih setelah masa tanam sekitar dua bulan lalu. Petani-petani tersebut menganggap bahwa penggunaan pupuk kimia dinilai lebih praktis dan cepat untuk menumbuhkan padi, sehingga petani tidak perlu setiap waktu mengunjungi sawahnya.
Subandi salah satu petani sawah Nologaten yang diwawancarai pada Kamis (17/2024) mengakui kepraktisan pupuk kimia kujang karena baginya sangat membantu pertumbuhan tanaman padi miliknya.
“Enak si, praktis, ngga kotor, ngga ribet, dan hasil berasnya lebih memuaskan, lebih banyak daripada pakai pupuk kompos, sekali panen bisa 1,7 – 2 kwintal, kalo pengalaman saya ya,” ucap Subandi.
Akan tetapi pemberian takaran pupuk kimia ini menurut Subandi harus tepat sesuai takaran, baik jumlah pupuk yang diberikan, maupun waktu pemberiannya agar keadaan padi tidak mudah rusak.
“Itu kalau memberi pupuk nya kebanyakan, padi nya ngga kuat, jadinya gampang roboh. Dan harus pas nebar nya misal 2 minggu setelah nanam, terus tinggal nunggu aja sampai panen sekitar 2,5 bulan, ngga usah bolak-balik,” imbuhnya.
Berbeda dengan Muhammad Mamughi, petani yang lebih akrab dipanggil Simo ini memilih menggunakan kedua pupuk, organik dan kimia secara bergantian. Tujuannya agar seimbang dan tidak merusak ekosistem di sawahnya.
“Kimia itu lebih cepet berhasil, tapi kalau kebanyakan malah mengundang hama. Kalau organik ya lama tapi kesuburan tanah tetap terjaga,” jelas Simo.
Menurut Simo, beras yang dihasilkan dari pupuk organik hasilnya lebih bersih dan tahan lama, sedangkan beras yang ditanam dengan pupuk kimia akan cepat basi dan kualitas nya lebih buruk dari beras yang berasal dari pupuk organik.
“Namanya juga kimia, pasti ada rasa-rasa yang ngga baik. Lebih enak yang ditanam pake pupuk organik,” katanya.
Simo memakai pupuk kimia ketika kondisi sawahnya terkena serangan hama-hama seperti wereng, dan hama lain yang sulit dibasmi. Sedangkan jika kondisi sawah aman, maka ia kembali menggunakan pupuk organik.
Tak hanya itu, penggunaan pupuk organik juga membutuhkan biaya dan perawatan yang lebih, seperti pengambilan bahan-bahan pupuk, pendistribusian, hingga sampai ke tangan petani itu membutuhkan uang yang ekstra. Akhirnya beberapa petani mencoba membuat pupuk organik cair yang lebih murah.
“Karena sekarang pupuk organik sudah ngga di subsidi lagi, jadi kita para petani berusaha menciptakan inovasi baru dengan pupuk cair. Kalo pakai kimia stu genggam sudah cukup, kalau organik itu bisa sepuluh kali dan pasti mahal,” pungkas Simo.
Reporter: Tsabita Sirly Kamaliya | Editor: Najwa Azzahra