Kalijaga.co- Indonesia adalah negara yang kaya. Kaya akan sumber daya alamnya, kaya akan budayanya. Namun sayang, seiring berkembangnya teknologi dan majunya peradaban, warisan budaya Indonesia makin memudar. Salah satunya batik yang mulai tergeser oleh tren fashion yang dianggap lebih modern.
Dalam pertarungan dengan modernnya tren terbarukan, Enggarwati dan tim masih bertahan dalam mengenalkan budaya batik kepada masyarakat Indonesia secara luas dan bukan di Pulau Jawa saja.
“Kursus ini tujuannya ya supaya batik itu selalu eksis ya . Kita kembangkan, kita lestarikan, jangan sampai batik punah,” tutur Enggarwati saat diwawancarai (10/3) di Batik Darmo Kursus Batik, Jl. Polowijan No.20, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Batik itu kan budaya kita. Setelah belajar di sini kan nanti bisa dikembangkan di daerahnya masing-masing, tidak di Jawa saja.” tambahnya.
Untuk mengikuti kursus di Batik Darmo sendiri tidak ada ketentuan khusus.
“Siapapun boleh datang, asal buat janji dulu. Kita kan butuh persiapan bahan dan alat sebelumnya,” ujar Enggarwati.
Sejauh ini, berbagai macam kalangan sudah datang belajar membatik di Batik Darmo. Dari anak sekolah, mahasiswa, bahkan individu yang memang ingin belajar. Di satu sesi kursus, mereka yang datang untuk belajar akan diajari langkah demi langkah.
“Kita pernah waktu itu kedatangan sampai 200 orang. Karena kalau di sini tidak cukup, kita sewa pendopo buat waktu itu. Nanti kita ajari dari awal kalo saat kursus. Pengenalan bahan, terus nyanting atau melapisi lilin pada motif batik, pewarnaan. Nanti hasilnya bisa dibawa pulang.” jelasnya.
Dalam perannya melestarikan budaya batik, Batik Darmo tidak hanya bertahan dengan motif batik klasik saja. Untuk menghadapi arus modernisasi, Batik Darmo juga terbuka pada perubahan motif batik sesuai keinginan konsumen.
“Batik klasik masih ada, tapi bisa juga disesuaikan dengan konsumen. Warna dan motif gambarnya bisa disesuaikan.”
Sobaniyati selaku pengrajin dan pengisi kelas kursus yang sudah 6 tahun bekerja di Batik Darmo juga menyatakan keprihatinan terhadap menurunnya minat terhadap batik.
“Dulu itu banyak Mbak di sini itu, sekarang udah tinggal sini aja. Yang lain pada gulung tikar.” ungkap Sobaniyati.
Meskipun minat menurun, Batik Darmo masih dapat bertahan, bahkan bisa membuka kursus untuk mereka yang ingin belajar membatik dari dasar. Menurut Sobaniyati saat diwawancarai (10/03), kursus itu sendiri bisa memakan waktu seharian.
“Ini kalo kursus bisa lama Mbak, apalagi kalo warnanya lebih dari satu kan harus satu-satu. Kalau mau cepat ya bisa, dua jam selesai. Apalagi kalo anak sekolah itu kan biasanya ada jamnya, jadi nggak seharian kursusnya.” pungkas Sobaniyati.
Di era batik dianggap kuno, Batik Darmo masih berupaya untuk melestarikan warisan budaya yang satu ini. Tak hanya mengenalkan batik, Batik Darmo juga berusaha menyebarluaskan usaha batik sampai ke luar pulau. Agar budaya batik tak punah dan tinggal kenangan saja untuk masyarakat Indonesia.
Reporter : Hanan Yumna Nurul Laila Hidayat | Editor : Najwa Azzahra