Generasi Z atau biasa disebut Gen Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Hal itu menandakan bahwa Gen Z saat ini telah menguasai dunia pendidikan mulai dari SD sampai perkuliahan.
Mengutip dari jurnal journal.prasetiyamulya.ac.id, Gen Z dikenal dengan generasi yang kreatif dan inovatif. Sejumlah 63% Gen Z memilih untuk melakukan berbagai hal kreatif dan inovatif terutama dalam sosial media. Sejumlah studi juga mengatakan bahwa Gen Z merupakan generasi yang erat dengan teknologi. Namun, apakah hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi dosen dalam mengajar mahasiswa Gen Z ?
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Izzul Haq, selaku dosen prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) melihat bahwa fenomena Gen Z merupakan sebuah keniscayaan sejarah.
”Segala tantangan dari mereka ini, yaitu Gen Z yang terlahir dari 1997-2012 akan segera digantikan tantangan menghadapi Gen Alpha yang lahir mulai 2010 ke atas, artinya kedepan tantangan bisa menjadi lebih kompleks,” jelas Izzul saat diwawancarai pada Senin (30/09).
Izzul juga menambahkan bahwa secara prinsipil ia tidak merasakan tantangan dalam mengajar Gen Z dan mulai mengakrabkan diri dengan media sosial.
“Tantangan mengajar lebih pada istilah kosakata yang kadang berbeda, juga perbedaan platform. Misal tuk Gen Millenial sudah biasa dan nyamannya pakai Powerpoint tuk presentasi, nah Gen Z sukanya pakai Canva yang lebih atraktif dan interaktif,” tambahnya.
Selaras dengan Izzul Haq, Sarjoko, salah satu dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut.
“Enggak juga. Setiap zaman kan punya pendekatan dan cara sendiri. Lagian dari zaman kapan pun mahasiswa pasti ada yang unik. Misal, stereotip mahasiswa sekarang gak mau baca. Dari dulu juga banyak yang gak mau baca. Jadi ga bisa digeneralisir gen Z itu A, gen milenial itu B dan lain-lain,” ungkap Sarjoko.
Ia juga beranggapan bahwa tiap generasi memiliki tantangannya masing-masing sehingga tidak bisa disamaratakan antar generasi.
“Enggak mungkin sama. Tantangannya beda-beda. Yang penting bisa saling memahami aja bahwa dosen dan mahasiswa ini partner dalam belajar, bukan guru serba tahu dan murid yang kosong,” Jelasnya di akhir wawancara.
Reporter : Najwa Azzahra I Editor : Tsabita Sirly Kamaliya