Kalijaga.co- Di era modern saat ini telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk diantaranya yaitu trend fashion di kalangan anak muda Indonesia. Pengaruh budaya luar yang kuat dan cepat melalui media sosial menyebabkan anak muda Indonesia menggandrungi trend fashion yang cenderung kebarat-baratan. Yang mengakibatkan minat terhadap budaya lokal, seperti batik perlahan mulai memudar.
Batik memiliki seni dan motif yang sangat beragam. Bahkan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Namun dikala batik yang merupakan salah satu identitas bangsa dan sudah terkenal hingga ke mancanegara. Justru di kalangan anak muda, batik sendiri kurang mendapatkan perhatian lebih, karena batik masih terkesan kuno dan bahkan ketinggalan zaman.
“Ya, Seperti yang bisa kita lihat sekarang. Anak bangsa jaman sekarang itu sudah banyak yang mulai kebarat-baratan. Sudah jarang kan kita lihat anak muda yang memakai batik. Kebanyakan ya mereka itu masih nganggep batik sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman,” keluh MRY. Moyo Dikoro, salah satu pengirit Pecaosan Regol Tinjomaya di Ndalem Prabeya, Kantor Unit Kraton Yogyakarta Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
Hal yang serupa juga dirasakan oleh Bani, salah satu pengrajin batik yang ada di Kampung Wisata Taman, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.
“Kan kebanyakan kalo pake batik itu, anak-anak muda sekarang itu koyok wah kuno gitu, jadul. Biasanya kan ngga suka pake batik, gitu kan,” ucapnya.
Salah satu upaya yang dilakukan Bani sebagai pengrajin batik untuk menarik minat anak-anak muda terhadap budaya batik yaitu dengan melakukan penyesuaian motif-motif batik dengan tren jaman sekarang.
“Sekarang, motif-motif batik itu sudah mulai diperbarui, disesuaikan dengan jaman. Kalo model-model dulu, kan biasanya batik klasik ya. Nah kalo disini itu, sekarang, motifnya abstrak biar ngga kuno, ngga jadul, gitu,” jelasnya.
Selain itu, upaya yang sama juga dilakukan oleh Enggarwati, salah satu pemilik toko Batik Darmo di Jalan Polowijan 20, Kecamatan Kraton, Yogyakarta.
“Asal kita tau trendnya ya, ya trendnya bagaimana, ya disesuaikan dengan konsumen remaja,” ucapnya
Tidak hanya itu, Enggarwati juga menyediakan kursus membatik untuk memperkenalkan budaya batik di kalangan anak muda.
“Makanya disini diadakan pelatihan-pelatihan supaya jangan sampai punah ya,” ucapnya.
Harapannya, para anak muda zaman sekarang dapat mencintai batik agar nantinya batik akan tetap eksis sebagai salah satu kebanggaan dan warisan budaya bangsa Indonesia.
“Batik itu kan budaya kita, Jadi harus terus kita lestarikan,” pungkasnya
Reporter : Rozanatu Dzil Izzati | Editor : Najwa Azzahra