Kalijaga.co- Batik adalah warisan budaya Indonesia yang dikenal banyak turis dari mancanegara. Motifnya yang unik dan beragam, cara pembuatan yang menarik, bahan batik yang bagus, hingga ekspor ke beberapa negara yang kian membludak, membuat batik semakin digemari wisatawan dari luar negeri. Naasnya, ketika batik semakin dikenal dunia luar, minat terhadap batik dari kalangan remaja di negera sendiri justru berkurang.
“Mereka tuh kayak ngerasa batik itu kuno, terus mikirnya juga batik itu untuk orang tua-orang tua aja,” ungkap Alda Riski, salah satu penjual batik di Pasar Beringharjo.
Ia berpendapat, kurangnya minat terhadap batik memiliki dampak terhadap hilangnya budaya Indonesia itu sendiri. Karena sebenarnya, batik dapat digunakan kapan saja, tidak hanya dalam acara formal, pernikahan, atau acara adat saja.
Pada kenyataannya, kurangnya minat akan batik di kalangan remaja sudah pasti memberikan dampak pada penjualan batik, hanya saja tidak signifikan.
“Sejauh ini biasa aja ya, karena kebiasaan yang minat batik itu dari kalangan dewasa. Kayak buat seragam kantor, seragam pernikahan, karena emang pasarnya disitu. Jadi kalau minat batik di kalangan remaja berkurang, penjualannya juga ga terlalu berpengaruh,” tambahnya.
Jika ditilik lagi, pengunjung di Pasar Beringharjo pada Senin (01/10) memang banyak dari kalangan dewasa. Jarang sekali terlihat remaja memenuhi sudut pasar. Jikapun ada, sekadar menemani orang tua mereka berbelanja, atau membeli batik untuk dijadikan oleh-oleh untuk sanak keluarga di luar kota.
“Biasanya kalo anak muda yang masih sekolah itu belinya untuk oleh-oleh. Jadinya kalo di tempat saya biasanya batik yang sering laku itu yang harganya murah meriah kayak daster sama celana-celana pendek gini,” ujar Siti Darojah, yang juga merupakan penjual batik di Pasar Beringharjo.
Siti mengungkapkan, sejak 9 tahun lamanya ia berjualan batik, yang menjadi pemicu kurangnya minat di kalangan remaja adalah dari segi motif yang kurang menarik untuk kalangan remaja.
“Saya harap, karena anak muda punya seleranya sendiri, semoga bisa lebih belajar tentang batik itu sendiri dan membuat inovasi-inovasi baru. Mungkin modelnya, atau gimana mungkin, biar batik bisa lebih dikenal dan disukai lagi oleh anak-anak remaja,” pungkasnya.
Reporter : Vivi Karlina | Editor : Najwa Azzahra