Kalijaga.co- Perkembangan zaman membawa dampak besar bagi seluruh bidang yang berkaitan dengan manusia. Hal ini tidak terjadi pada masyarakat kalangan atas saja, namun perkembangan berdampak pada seluruh lapisan masyarakat meliputi berbagai profesi. Salah satunya dalam bidang transportasi.
“Wah! Saya sudah narik becak jauh sebelum Jogja punya gedung-gedung tinggi seperti sekarang,” ucap Sarno, seorang pengemudi becak tradisional di Jogja saat ditanya sejak kapan menjajakan becak tradisional pada Jumat (20/9).
Sarno mengungkapkan bahwa dulu becak sangat digemari. Pelanggan becak sangat beragam, mulai dari masyarakat lokal, wisatawan lokal sampai wisatawan mancanegara. Bahkan di tahun 1980-an becak menjadi primadona.
“Saat itu masa kejayaan becak, juragan becak mendadak jadi pengusaha sukses, banyak orang yang ingin menjadi tukang becak,” tutur Kasmijan pengemudi lain becak tradisional dengan semangat.
Memasuki tahun 2000-an, masa kejayaan becak harus mulai terusik dengan evolusi industri transportasi. Sepeda motor mulai membanjiri jalanan dan menjadi faktor utama tergusurnya becak. Becak pun mengalami evolusi dengan kemunculan becak motor yang semakin menyingkirkan becak kayuh atau becak tradisional.
“Waktu orang sudah banyak yang punya kendaaraan bermotor, becak itu sudah terpinggirkan. Tidak ada lagi orang yang berminat naik becak, paling hanya turis, itupun lebih memilih becak motor,” tutur Sarno lagi.
Becak bukan lagi tranportasi untuk pergi bekerja, tapi hanya untuk keperluan wisata dan nostalgia. Sarno dan Kasmijan yang menggantungkan hidupnya pada hasil penjajakan becak mengaku mengalami kesulitan.
“Apalagi waktu corona itu, gak ada pemasukan, sehari dua hari tidak makan itu biasa. Paling makan itu dikasih orang, kadang dari pemerintah juga,” ucap Kasmijan dengan senyum sendu.
Pada akhir tahun 2023 Dinas Perhubungan kota Yogyakarta memperkenalkan becak inovasi baru yakni becak listrik. Dishub DIY memprioritaskan perkumpulan becak yang resmi, sedangkan becak-becak yang belum tergabung dalam perkumpulan seperti Sarno dan Kasmijan masih belum mengalami perubahan.
Alasan mereka tidak beralih profesi adalah kecintaan mereka pada becak yang sudah menemani puluhan tahun. Kenangan yang ada, pemberian orang tua serta nostalgia bersama orang tersayang menjadi alasan kuat bertahan pada profesi tersebut. Meskipun tidak lagi dapat menghasilkan keuntungan seperti dulu.
Reporter : Annisa Nur Hasanah | Editor : Hanan Yumna Nurul Laila Hidayat