Kalijaga.co- Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tujuan mengurangi intensitas limbah sampah dan juga menjadikan sampah sebagai sesuatu yang bernilai jual. Dengan program pengelolaan sampah ini, para santri juga dapat belajar bagaimana cara mengatur sampah yang berada di lingkungannya, di samping kegiatan yang padat di pondok pesantren.
Sejak satu tahun terakhir program tersebut dilaksanakan, sudah banyak perubahan terlihat.
Menurut Tsani Rahma, salah satu pengurus kebersihan yang ditemui pada Minggu (15/9/2024) lmenyatakan bahwa banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh para santri setelah diberlakukannya aturan pilah sampah.
Manfaat yang juga dirasakan oleh para santri antara lain, dapat belajar berbisnis, karena uang hasil penjualan sampah nantinya dipakai untuk keperluan pondok, seperti membeli tong sampah baru dan alat-alat kebersihan lainnya..
Sebelum ada kebijakan tersebut, Tsani mengatakan bahwa pondok pesantren Wahid Hasyim selalu mengundang truk pengangkut sampah setiap harinya, namun setelah pilah sampah dilakukan, intensitas kedatangan truk berkurang hingga sekarang seminggu sekali.
“Ya lumayan lah kita malah menghasilkan uang dari sampah yang dijual, kaya kardus,botol, dan plastik. Dari sampah organik itu makanan basah kita jual tiap tong nya 12.000 jadi sebulan ada sekitar 3 juta.” ucap Tsania.
“Iya, pas sampahnya masih dijadiin satu, kita tiap pagi pasti nyetor sampah. Dan biaya untuk petugas kebersihannya itu mahal, sekitar 10 juta tiap bulan. Sekarang Alhamdulillah hanya seminggu sekali aja panggil truk nya.”jelas Tsani.
Selain itu, para santri di pondok pesantren Wahid Hasyim ini juga dibiasakan untuk aksi zero waste, Seperti koperasinya yang sudah mengganti kantong plastik dengan paper bag, dan wadah makan memakai tremos.
Kamila, salah satu santri mengatakan kebijaksanaan pilah sampah ini baginya menjadi suatu hal yang baru. Sehingga ia merasakan perbedaan yang signifikan.
“Sampah kan ada yang bisa di daur ulang ada yang ngga, ada yang bisa dijadiin pupuk juga, nah plus buat sampah yang dipisah ya jelas kelihatan, kita jadi bisa lebih mudah menindaklanjuti sampah itu, didaur ulang atau dirongsokin, dibuat pupuk, atau yang dipendam biar terurai.” tegas Kamila.
Menurutnya dengan kemudahan seperti itu, para santri menjadi lebih produktif untuk berusaha menjaga dan memahami kebutuhan di lingkungan tempat tinggalnya.
Namun beberapa santri masih ada yang belum dapat melaksanakannya secara sempurna, seperti sampah yang dibuang tidak sesuai kategori. Akhirnya pengurus kebersihanlah yang bertugas memilah sampah kembali. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka para pengurus kebersihan selalu mengingatkan para santri untuk memilah sebelum membuang. Dengan teguran lisan bahkan memakai tulisan yang ditempel di tiap tong sampah.
“Kita harus ingetin terus ya biar terbiasa dipilah, karena budaya itu kan terbentuk dengan hal yang terus menerus dilakukan. Capek si tapi ya seneng bisa bermanfaat buat temen-temen dan semoga pilah sampah ini tetap berjalan biar sama kaya pondok lain yang udah berhasil.” pungkas Tsani.
Reporter : Tsabita Sirly Kamaliya | Editor : Najwa Azzahra