Sabtu (14/9/2024), Karang Taruna Gita Pesona Mahardika (GPM) Desa Pakemtegal, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman menggelar pertunjukan seni jathilan dalam rangka peringatan kemerdekaan sekaligus peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Ramai pengunjung dari lintas generasi memadati acara tersebut, mulai dari anak-anak, remaja, hingga kalangan paruh baya antusias menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung.
Sesuai dengan tema yang diangkat “Beragam Budaya, Indonesia Tetap Satu”, teman-teman GPM dapat membawa nilai cinta kebudayaan untuk seluruh pengunjung.
“Karena kita kan Jawa ya mas, jadi ya ini untuk nguri-nguri kabudayan jawi” ungkap Yuniar Sesa atau biasa dipanggil Sesa, ketua panitia dalam pagelaran jathilan tersebut.
Dipilihnya kesenian jathilan bukan tanpa alasan, menurut pandangan Sesa dan rekan-rekannya, untuk saat ini animo terbesar masyarakat dalam pagelaran kesenian masih dipegang oleh jathilan.
“Atensi masyarakat di jathilan masih besar mas, bahkan di jadwal tim jathilan yang kita undang ini mereka gak punya jadwal kosong dari bulan Agustus kemarin, makanya acara yang rencananya kita adain Agustus terpaksa mundur karena baru dapet jadwalnya sekarang.” Jelas Sesa.
Tim Jathilan yang tampil dalam pagelaran itu bernama “Ngestirahayu Turonggo Manunggal”. Sesa menyebutkan tim jathilan ini yang paling favorit bagi masyarakat karena terkenal dengan kemeriahan musik, tarian atraktif, drama yang dibawakan, serta figur warok (karakter yang biasa digambarkan dengan riasan muka berwarna merah, riasan jenggot tebal dan untuk pakaian warna hitam) yang terdapat dalam pertunjukkannya.
Ketika kesenian lain seperti wayang, karawitan atau kethoprak mulai mengalami sepi peminat, pertunjukkan jathilan tetap eksis dan memiliki daya tarik kuat di mata masyarakat. Banyak anak-anak muda turut antusias dalam pagelaran-pagelaran jathilan. Salah satunya Zaskia Aulia, remaja umur 16 tahun yang mendatangi pagelaran tersebut bersama teman-teman seusianya. Zaskia mengaku menyukai jathilan dan selalu selalu antusias datang ketika mendengar ada pertunjukan jathilan di sekitar tempat tinggalnya.
“Aku emang dari awalnya suka seni aja, suka jathilan, kalau Ngestirahayu ini suka jogetan sama lagunya”.
Sama seperti Sesa, Zaskia juga menyampaikan bahwa tim jathilan yang sedang tampil ini banyak digemari oleh orang-orang.
“Jathilan ini paling bagus sendiri, paling rame, pasti rame terus. Juga tim ini sekarang lagi ngetren”.
Zaskia juga bercerita ketika musik dangdut atau musik jawa lain yang sedang terkenal saat ini dibawakan oleh tim jathilan, hal itu akan menambah keseruan dan antusiasnya dalam menyaksikan pertunjukan.
Masing-masing tim jathilan memiliki resep ciri khas tersendiri untuk menarik minat masyarakat. Kebanyakan tim populer yaitu tim-tim yang menampilkan gerakan memukau, enerjik, figur atau tokoh yang menarik, juga musik-musik kekinian yang diadaptasikan dalam pertunjukan. Kemampuan tim jathilan Ngestirahayu Turonggo Manunggal dalam mengadaptasikan musik kekinian ke dalam pertunjukan tradisional menjadi salah satu kunci keberhasilan mereka.
Keberhasilan pagelaran jathilan di Pakemtegal menjadi angin segar di tengah kekhawatiran akan lunturnya minat generasi muda terhadap seni tradisional. Acara ini membuktikan bahwa dengan inovasi dan kreativitas, kesenian tradisional dapat terus berkembang dan relevan dengan zaman.
Perkembangan zaman menuntut para pelaku seni untuk lebih kreatif dalam beradaptasi dan menciptakan karya-karya yang tetap relevan dan menarik bagi masyarakat lintas generasi. Membebaskan seni tradisional dari kesan kaku dan membawanya selaras dengan perkembangan zaman melalui inovasi dan kreativitas. Hal tersebut menjadi salah satu cara menarik minat kesenian anak-anak muda zaman sekarang demi pelestarian seni tradisional di zaman yang akan datang.
Reporter : Muhtar Dinata I Editor : Tsabita Sirly Kamaliya