Kisah Inspiratif Pedagang Wingko di Malioboro : Keterbatasan Fisik, Semangat Tak Terbendung

2 0
Read Time:3 Minute, 25 Second

Kalijaga.co- Malioboro salah satu destinasi wisata terkenal yang sangat identik dengan pemandangan jalan dengan hiasan lampu yang bertebaran, Pasar Beringharjo yang otentik, hingga Mal Malioboro yang menambah ciri khas dari tempat wisata tersebut. Akan tetapi,  dibalik keramaiann Malioboro terdapat sepenggal kisah menarik dan inspiratif yang jarang dilirik dan membuat hati kagum akan kisahnya.

Wahyu Sufiana Lestari, perempuan yang akrab dipanggil dengan panggilan mbak Wahyu ini merupakan sosok perempuan yang memiliki kisah inspiratif. Setiap paginya dibantu kursi roda dan suaminya, beliau menjajakan  dagangan dengan penuh semangat dan harap di area wisata Malioboro. Walaupun dengan kekurangan yang ia alami, semangat dan perjuangan untuk bertahan hidup dari seseorang yang memiliki keterbatasan ini  patut untuk diapresiasi.

Kisah berjualan wingko ini dimulai pada tahun 2019. Terdesak oleh kondisi ekonomi, pasangan ini memutuskan untuk mencoba peruntungan untuk berjualan di tempat wisata Malioboro. Dengan harapan banyaknya wisatawan di Malioboro, Wahyu memilih berjualan wingko karena sudah banyaknya pesaing yang sudah terlebih dahulu berjualan bakpia. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjualan wingko dan ingin memperkenalkan wingko kepada wisatawan, bahkan ia berani menjamin wingko yang ia jual memiliki perbedaan rasa dan ciri khasnya sendiri. Namun pada saat Covid-19 melanda, Wahyu juga ikut serta merasakan dampak yang sangat signifikan terhadap penjualan wingkomya,

” Saat pandemi itu kita take off, karena wisatawan ga boleh dateng ada lockdown itu ya mbak disitu saya sangat sedih  mbak, kita ga bisa berjualan sama sekali kan” ujar Wahyu, pedagang wingko di Malioboro.

Setiap paginya pukul 08.00 WIB, Wahyu dan Suami memulai perjuangan mereka untuk berjualan. Awal yang berat pastinya mereka lakukan dengan segala keterbatasan memulai berjualan dari ujung Pasang Beringharjo dibantu suami yang mendorong kursi roda ke arah utara, Wahyu dengan sigap menjajakan wingko yang ia bawa dengan penuh semangat kepada para pengunjung di Malioboro. Wingko dijual dengan harga Rp 30.000/ bungkus, yang mana dalam satu bungkus wingko memiliki banyak perjuangan serta harapan.

Wahyu untuk hidup keluarganya. Ketika sang suami lelah mendorong kursi roda, mereka beristirahat sejenak sambil terus menawarkan kepada pengunjung yang berlalu-lalang ditempat mereka istirahat. Ketika adzan dzuhur berkumandang, dan matahari telah berada tepat diatas ubun-ubun, Wahyu dan suami akan memutuskan untuk kembali  ke rumah mereka dengan hasil penjualan wingko mereka. Tak pasti dalam sehari berapa banyak wingko yang mampu mereka jual, terkadang sepuluh bungkus, lima bungkus, dua bungkus, bahkan seringkali mereka harus pulang dengan tangan kosong. Namun itu semua bukanlah sebuah penghalang bagi mereka untuk tetap semangat dan bersyukur.

Selain berjualan keliling di area Malioboro, Wahyu juga menjajakan jualannya dengan memanfaatkan perkembangan media sosial. Bahkan, ia juga kerap membuat konten di akun tiktok-nya yakni (@sofkhiana) dengan membagikan keseharian ceritanya saat berdagang di Malioboro. Jadi, untuk pelanggan yang ingin memesan wingkonya ini, tidak harus datang langsung ke Malioboro tetapi juga dapat memesan secara online lewat akun tiktoknya yang telah tertera nomor whatsapp beliau. Berkat kerja keras dan semangat dari Wahyu dan suami, Wingko yang mereka jual sudah tembus pengiriman sampai keluar negeri.

Suka duka, pahit dan manis pengalaman hidup telah banyak dilewati oleh Wahyu, walaupun dengan segala keterbatasan yang beliau miliki tak membuatnya rendah hati, justru dengan keterbatasan itulah yang membuat semangatnya lebih besar berkali-kali lipat. Semangat dan dukungan dari orang- orang tercinta disekitarnya, suami serta anak-anaknya lah yang menjadi penguat terbesar bagi dirinnya untuk terus berjuang.

Disinilah kisah menariknya, sebuah kenyataan bahwa suami dari Wahyu juga memiliki keterbatasan pada penglihatannya, mata sebelah kanan dari suami Wahyu terdapat kekurangan yakni kurang jelas untuk melihat seperti orang pada umumnya. Namun dari kekurangan mereka inilah yang menjadi penguat satu sama lain. Wahyu menjelaskan bahwa disaat berjualan, suaminya lah yang menjadi pokok atau sebagai pengendali karena apabila suaminya terkendala suatu hal, maka ia tidak dapat berjualan seperti biasanya. Bisa dibilang kisah mereka adalah the real love atau biasa dikenal dengan cinta sejati, dimana kekurangan bukanlah menjadi penghalang, namun dengan adannya kekurangan menjadi alat untuk saling menguatkan.

”Pokoknya apapun yang terjadi jangan pernah takut untuk mengadapi masa depan kalian”. pungkas Wahyu.

Kisah keteguhan hati dan semangat yang pasangan suami istri miliki dapat kita jadikan pelajaran bahwa kekurangan bukanlah akhir dari segalanya dan tempat kita terhenti untuk menggapai impian.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
100 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *