Kalijaga.co – Jika kamu adalah mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan belum memiliki kos, mungkin ini adalah penawaran menarik. Kos paling unik dan eksklusif seantero Sapen. Adalah kos kenangan. Kos Rp 400.000 per bulan dengan fasilitas penjagaan satuan pengamanan (satpam) 24 jam.
Kos Kenangan berada di depan Gedung Kuliah Terpadu (GKT) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ya, benar, kos berada di dalam kampus. Kos yang memiliki sembilan kamar di tiga lantai tersebut dikhususkan untuk mahasiswi alias kos putri. Setiap kamar dilengkapi fasilitas dipan dan meja belajar, dengan harga sewa 400 ribu perbulan.
Dengan tambahan jaminan keamanan yang tinggi, kos dengan jarak paling dekat dengan kampus ini selalu penuh setiap tahunnya. Terlebih bagi mahasiswa yang tidak membawa kendaraan pribadi atau enggan melakukan perjalanan jauh ke kampus.
Baca juga: https://kalijaga.co/2024/08/27/kisah-unik-satu-rumah-warga-nyempil-di-tengah-kampus-uin-jogja/
“Akses ke fakultas atau kelasnya gampang, terus kalo ada kelas mendadak atau kelas di-cancel mendadak juga enak,” ucap Lia Aliatunnisa, mahasiswi Pendidikan Fisika yang menjadi penghuni Kos Kenangan sejak 2021.
Auliya, penghuni lainnya, berujar jika satpam yang dimaksud adalah petugas keamanan kampus UIN Sunan Kalijaga. Penghuni kampus selalu termonitor oleh satpam selama 24 jam. “kita diingatkan, kayak kalo ada mbak-mbak kos yang kegiatan terus keluarnya agak malam, nanti dibilangin. Kan ada beberapa penghuni kos yang anak organisasi, jadi suka keluar malem, nanti pasti diingetin kayak mbak ini mau tutup jam sekian, gitu,” katanya.
Sementara itu keberadaan Kos Kenangan menjadi buah simalakama bagi petugas keamanan. Kepada Kalijaga.co, Komandan Keamanan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sudiyono, mengatakan merasa kesulitan mengatur tamu yang keluar dan masuk diluar jam kantor. “Sebetulnya, kalo menurut kami, kami sangat kesusahan karena di dalam kampus ada rumah pribadi, itu sangat menyusahkan kami,” ungkapnya.
Hal yang sangat dikeluhkan, lanjut Sudiyono, kurang adanya respon yang baik dari pemilik rumah serta para penghuni kos. Mereka dianggap sering tidak patuh dengan aturan dan standar operasional yang telah ditetapkan pihak keamanan. Contohnya saat kampus sedang libur panjang. Tamu pemilik rumah dan penghuni kos sering kali nabrak aturan bertamu. “Seharunya dia kan orang luar, toh. Masuk, seharusnya ke pos dulu,” tandasnya.
Sesuai aturan dari kampus, gerbang utama ditutup pukul 22.00 WIB. Namun jika ada tamu yang akan keluar atau masuk ke kos akan tetap dilayani. Khusus untuk kendaraan roda dua, akan melewati jalan trotoar dan masuk melalui pintu kecil di samping gerbang utama.
“yang terpenting, tamu yang datang, walaupun hanya teman yang mampir sejenak, usahakan datang ke pos keamanan dan sampaikan apa keperluannya. Asal komunikasi baik, pasti akan dilayani dengan baik. Tidak akan dipersulit oleh bagian keamanan,” katanya.
Hanya saja, Sudiyono menyayangkan karena kelonggaran yang diberikan, justru menjadikan para penghuni semakin lalai perihal kebijakan jam akses keluar-masuk kampus.
“Kita kan gak murni pengambil kebijakan. Kami hanya eksekutor, pelaksana. Tetap kebijakan ya dari pimpinan kampus. Kalo keseringan, kita juga yang kena,” ungkapnya.
Sudiyono sebenarnya maklum dengan adanya rumah di area kampus dan membuka kosan di sana. “Tetapi kan, paling tidak harus ada aturan. Nah disitu yang harus kita tekankan,” ujarnya.
Yang menjadi persoalan saat ini adalah tidak ada data penduduk yang diberikan kepada aparat keamanan. “Makanya kami kesulitan. Seharusnya mereka kan, kalo di kampung-kampung gitu, menyerahkan KK. Jadi kita bisa mengontrol atau mengecek berapa orang, siapa saja, kegiatannya apa saja, kan bisa. Kalau seperti ini, Allahu a’lam,” keluhnya.
Meski begitu, keresahan bukan hanya dirasa oleh aparat keamanan, Sudiyono juga menuturkan bahwa pemilik rumah pernah malayangkan keluhan kepada pimpinan kampus karena kenakalan-kenakalan petugas keamanan serta karyawan lainnya, seperti menimbulkan kegaduhan di malah hari, menggunakan keran milik pribadi untuk mencuci pakaian, dan sering merasa disudutkan oleh aparat keamanan.
Meski kesalahan terlihat sepele dan cepat terselesaikan, namun permasalahan yang terus terjadi akan semakin menguatkan kesalahpahaman diantara keduanya. Harmoni dan kerukunan akan semakin terkikis, dan kepercayaan antara keduanya akan semakin memudar.
“Nah, itu sebetulnya, kalau memang ingin untuk kebaikan bersama, yah kita tidak saling menyalahkan. Mari kita duduk bersama dan cari solusi yang terbaik. Biar semua pihak bisa berjalan dengan lancar. Gitu, loh.” harap Sudiyono. (.)
Reporter: Tim Lipsus I Editor: Irawan Wibisono