Kalijaga.co– Di tengah perubahan dan tantangan yang ada, sering kali muncul peluang baru yang tak terduga. Begitulah yang dialami oleh Dewi, seorang pengusaha jamu asal Sukoharjo yang berhasil mengubah hambatan menjadi kesuksesan melalui produk inovatifnya, “3Putri Diosa.”
Nama “3Putri Diosa” bukan sekadar nama biasa. Berasal dari keinginan Dewi untuk menonjolkan keunikan dan ciri khas produknya, nama ini memiliki makna mendalam. Dewi memiliki tiga putri, yang menjadi inspirasi di balik nama “3Putri.” Namun, karena nama tersebut sudah banyak digunakan, Dewi menambahkan kata “Diosa,” yang dalam bahasa Spanyol berarti “Dewi.” Kombinasi ini menciptakan sebuah nama yang mudah diingat, praktis, dan memiliki kesan elegan. Hal ini juga dijelaskan langsung oleh Dewi selaku owner dari “3Putri Diosa”.
“Awalnya memang mencari nama yang praktis dan mudah diingat. Dari nama ‘3putri’ itu memang sederhana, konsumen bisa menebak kalau anak saya tiga dan semuanya perempuan,” jelasnya.
Perjalanan Dewi dalam industri jamu tidak selalu mulus. Sebelum “3Putri Diosa” dikenal luas, Dewi adalah seorang pedagang jamu yang terkena dampak besar dari renovasi pasar. Omzetnya turun drastis hingga 80%, memaksanya untuk berpikir keras dan mencari jalan
keluar. Alih-alih menyerah, Dewi memilih untuk berinovasi. Dengan modal yang minim, ia mulai mengembangkan produk jamu baru yang lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Dari satu varian, kini “3Putri Diosa” telah berkembang menjadi lebih dari 30 varian, dengan respon yang sangat positif dari konsumen.
“Pada awalnya, saya memang pedagang jamu. Karena renovasi pasar, omzet turun drastis. Namun, dari situ saya mulai mengembangkan inovasi produk jamu yang menarik, tanpa harus mengeluarkan modal besar. Ini adalah salah satu cara untuk tetap bertahan,”, tegas Dewi.
Kualitas selalu menjadi prioritas utama bagi Dewi. Produk “3Putri Diosa” dat dari bahan- bahan alami, tanpa bahan pengawet, dan diproses dengan standar tinggi. Dewi bekerja sama langsung dengan petani lokal, tidak hanya sebagai pemasok bahan baku tetapi juga sebagai mitra yang diedukasi mengenai cara pengolahan bahan yang benar.
“Pemilihan bahan baku yang berkualitas sangat penting. Kami juga mengedukasi petani tentang cara mengolah bahan baku dengan baik, sehingga hasilnya bisa memenuhi standar kami,” jelasnya.
Dalam proses pengembangan dan pemasaran, Dewi juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal promosi melalui media sosial. Meskipun demikian, Dewi terus berusaha meningkatkan efisiensi produksi dengan menambah mesin-mesin yang dtuhkan untuk menjaga ketersediaan bahan baku secara konsisten. Jika harga bahan baku naik, Dewi tidak langsung menaikkan harga jual produknya. Sebaliknya, ia menyesuaikan dengan menghitung HPP (Harga Pokok Produksi) secara cermat. Selain itu, jika ada keluhan dari konsumen, Dewi selalu siap mengganti produk dengan yang baru tanpa biaya tambahan.
Dewi memiliki visi besar untuk “3putri Diosa.” Ia berharap produknya dapat dikenal di seluruh Indonesia dan mengubah persepsi masyarakat tentang jamu. Dewi ingin menunjukkan bahwa jamu bukan hanya untuk orang tua dan tidak selalu pahit, tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan.
“Yang pertama, kita harus mengedukasi masyarakat bahwa jamu bisa dinikmati oleh semua kalangan, tidak hanya orang tua, serta jamu juga tidak selalu pahit,” ujarnya.
Saat ini, sebagian besar konsumen “3Putri Diosa” berasal dari kalangan usia 40 tahun ke atas, namun Dewi memastikan bahwa khasiat jamunya cocok untuk semua usia. Dengan takaran yang teliti dan bahan-bahan alami, “3Putri Diosa” terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin berkembang.
Dari tantangan hingga keberhasilan, perjalanan “3Putri Diosa” adalah bukti nyata bahwa dengan inovasi, kerja keras, dan komitmen terhadap kualitas, segala hambatan dapat diubah menjadi peluang. Dewi telah membuktikan bahwa semangat dan keuletan bisa membawa kesuksesan yang tak terduga.
Reporter : Zaimatus Sholihah, Sulva Oktavia (Kontributor) | Editor : Najwa Azzahra