Kisah Langgar Merdeka di Solo, Toko Ganja Yang Diubah Jadi Tempat Ibadah

0 0
Read Time:1 Minute, 30 Second

KALIJAGA.CO-Langgar Merdeka merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Solo. Langgar atau musholla ini diketahui sudah ada sejak 1942 Masehi. Sebelum menjadi tempat ibadah, bangunan yang berada di Jalan Dr. Radjiman No.565 Laweyan ini ternyata dulunya difungsikan sebagai toko candu.

Ketua Yayasan Langgar Merdeka, Zulfikar Husein membenarkan akan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa bangunan berwarna hijau ini milik warga keturunan Tionghoa yang menjual candu, salah satunya berjenis ganja.

Sampai pada akhirnya seorang pengusaha batik asal Laweyan bernama Imam Marshadi mengaku prihatin dengan kondisi bangunan tersebut. Maka dari itu, dia tergerak untuk membeli dan merenovasinya menjadi mushala.

“Langgar ini dulunya toko candu, yang punya orang Tionghoa, lalu dibeli oleh Haji Imam Mashadi. Setelah dibeli bangunan dirobohkan lalu dibangun ulang dalam bentuk langgar dan difungsikan sebagai rumah ibadah,” Jelas Zulfikar Husein kepada Kalijaga.Co, Rabu (15/5/2024).

Nama Langgar Merdeka diambil untuk memperingati kemerdekaan RI, tetapi selama Agresi Militer Belanda ke II tahun 1949, namanya diganti menjadi Langgar Al Ikhlas karena larangan penggunaan kata Merdeka oleh pemerintah pendudukan Belanda. Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda ke II, nama Langgar Merdeka kembali digunakan pada tahun 1950.

Menurut Zulfikar, arsitektur musholla ini tidak pernah diubah sejak awal berdiri. Konsep Jawa yang digabungkan dengan corak Islam masih dipertahankan hingga kini. Apalagi pada tahun 2012, Langgar Merdeka ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya oleh Pemkot Solo, sehingga keaslian bangunan ini harus tetap terjaga.

Bangunan Langgar Merdeka sendiri terdiri dari dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk pertokoan dan tempat wudu. Sedangkan tempat ibadah berada di lantai dua.

“Fungsinya lebih ditujukan untuk para pelaku perjalanan yang hendak menunaikan shalat saat melintas di kawasan ini. Karena itu bentuknya bertingkat, karena jika shalat di bawah akan sangat bising. Tujuan lainnya memang lantai bawah sengaja dibuat untuk kegiatan ekonomi untuk menunjang pengelolaan langgar,” ujarnya.

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *