Kunjungan Tempo : Begini Proses Peliputan Bocor Alus Politik

0 0
Read Time:1 Minute, 58 Second

Kalijaga.co – Melanjutkan perjalanan dari media SinPo.id, sembilan mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berkunjung ke kantor Tempo Media Group. Tepatnya di Jakarta Selatan, Kamis (02/05). Tempo Media Group merupakan media yang masyhur dengan liputan politik dan investigasi. Proses publikasinya tidak hanya tulisan tapi juga melalui video salah satunya Podcast Bocor Alus Politik.

Saat berkunjung di media Tempo, bersamaan dengan proses pembuatan konten Bocor Alus Politik, salah satu produk desk nasional dari Majalah Tempo. Tajuk episode konten tersebut adalah Bagi-bagi Kursi Kabinet Prabowo-Gibran dan Cawe-cawe Jokowi. Tayang di channel YouTube @Tempodotco, Sabtu (04/05).

Terdapat beberapa langkah dalam penulisan karya jurnalistik versi Tempo. Setelah mendapat informasi dari narasumber, yang pertama kali dilakukan adalah cek data dari berbagai sumber. Membuat satu halaman wawancara untuk menjawab tudingan-tudingan (informasi) yang didapatkan. Kemudian, melakukan konfirmasi kepada pihak terkait yang akan ditulis dalam pemberitaan tersebut. Barulah menuliskan dalam bentuk karya jurnalistik.

Dalam wawancara, seorang jurnalis perlu mengklasifikasikan narasumber. Penting untuk mendapatkan narasumber A1 (terpercaya). Selain itu, tugas seorang jurnalis adalah membuat narasumber tersebut bersedia terbuka dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini memang perlu dilatih.

Hussein Abri salah satu jurnalis tempo, memaparkan wartawan harus bisa membangun hubungan yang lebih dengan narasumber tidak hanya sekedar wawancara. 

“Kita harus sebisa mungkin membuat suatu hubungan dengan narasumber. Artinya, lu sama dia bukan hanya sebagai narasumber dalam artian buat wawancara aja,” jelas Hussein.

Demi menjaga keamanan diri sendiri maupun pihak lain, narasumber akan lebih terbuka jika wawancara dilakukan dengan off the record atau background. Bertemu dengan narasumber bukan hanya dalam konteks wawancara. Bisa dilakukan dengan ngopi, makan atau bahkan olahraga bersama. 

“Karena kalau wawancara kan mereka biasanya normatif semua ya. Karena memang untuk menjaga dia, untuk lebih ke konteks keamanan diri dia sendiri ataupun bisnisnya, dan lain-lain,” jelas Hussein.

Bermula dari obrolan non-formal dengan narasumber inilah yang menjadi bibit dari produk jurnalistik. Dengan terus mendalami sepotong informasi yang didapatkan di tongkrongan, Tempo berhasil menyajikan karya jurnalistiknya. 

Proses jurnalistik di Tempo berkisar 5 hari hingga 2 minggu. Namun, liputan tersebut berbentuk non-investigasi. Adapun liputan investigasi bisa menghabiskan waktu 3 bulan lamanya.

“Karena kita ga pernah puas menerima informasi yang disampaikan narasumber. Jadi kita lihatkan dengan data. Ada ngga sih kebohongan yang diungkapkan narasumber. Kita lihat dengan data-data yang ada,” pungkas Hussein.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *