Kalijaga.co – Moderasi beragama ialah sikap tengah-tengah yang artinya moderat, tidak terlalu ekstrem kanan maupun kiri. Sikap ini ditunjukkan oleh warga Perumahan Graha Tirto Asri (GTA), tepatnya di Desa Tanjung, Tirto, Pekalongan, Jawa Tengah.
Terdapat dua Organisasi Masyarakat (Ormas) jama’ah di Masjid Darul Karim, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dua ormas tersebut saling toleran dalam menjalankan ibadah di satu masjid yang sama seperti pelaksanaan Salat Tarawih dan salat jama’ah lima waktu.
Muhandis Azzuhri, selaku Takmir Masjid Darul Karim menceritakan bagaimana pelaksanaan ibadah dibulan Ramadhan khususnya Salat Tarawih yang imamnya dilakukan secara bergantian. Pada Ramadhan hari pertama Imam Salat Tarawih dari NU dengan 20 rakaat tarawih dan tiga rakaat shalat witir. Bagi jama’ah yang delapan rakaat bisa pulang terlebih dahulu. Kemudian Ramadhan hari kedua imam Salat Tarawih dari Muhammadiyah dengan delapan rakaat. Selanjutnya NU melanjutkan rakaat sampai 20 dan tiga rakaat Salat Witir.
“Begitu terus bergantian dari mulai awal Ramadhan sampai akhir Ramadhan,”ujar Muhandis.
Selain Salat Tarawih yang mencerminkan sikap moderat, pelaksanaan salat berjama’ah juga demikian. dimana mereka memiliki jadwal imam diantara dua ormas tersebut. Meskipun imamnya dari dua organisasi yang berbeda tersebut warga tetap mengikuti shalat berjama’ah bersama.
“Salat Dzuhur dan ashar bebas, magrib dan isya dari NU,sedangkan untuk Salat Subuh bergantian,” tambah Muhandis.
Budi Darsono, mantan Ketua Takmir Masjid periode pertama ( 2001-2003) menuturkan, sejak tahun 2005 sampai sekarang sudah terjadwal. Salah satunya ada kuliah subuh dimana yang bisa diisi berbagai macam disiplin ilmu dari NU atau Muhammadiyah.
“Alhamdulilah, dengan adanya jadwal sampai sekarang tidak ada gejolak” ujar Budi.
Adanya kuliah subuh dilatarbelakangi sebagai ganti kultum yang semula dilaksanakan pada sholat terawih. Warga antusias mengikuti kultum sehabis sholat shubuh, meskipun pemateri dari macam keyakinan keagamaan dan macam disiplin ilmu.
Selain dibulan Ramadhan, ada kajian islam yang dilaksanakan setiap malam minggu sehabis Salat Magrib. Kegiatan ini diikuti oleh para jama’ah sembari menunggu waktu isya.
Budi menceritakan kondisi dulu, jumlah warga yang masih sedikit belum beragam keyakinan, maka Takmir Masjid menggunakan pedoman yang menurutnya sunah rasul. Misalnya untuk rakaat Salat Tarawih delapan rakaat ditambah witir tiga rakaat. Sebelum shalat witir terdapat kultum.
“Dulu, untuk sholat jama’ah seperti biasa imamnya belum terjadwal,”ujar Budi.
Budi menuturkan mengenai tanggapan masyarakat ada yang positif dan negatif. Meskipun begitu dengan keberagaman bisa bersatu untuk memakmurkan masjid. Tetap bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
“Tapi sebagian besar positif, kalau negatif biasanya ada sentimen pribadi. Walaupun keberagaman keyakinan tapi bisa bersama, bisa bersatu untuk memakmurkan masjid. Untuk ibadah tidak ada masalah, sesuai dengan keyakinan masing-masing,” jelas Budi.
Kebersamaan masyarakat juga dapat dilihat dari partisipasi mereka dalam pemberian takjil untuk pengajian anak-anak menjelang buka puasa dan jaburan (jajanan) tadarus yang dijadwalkan pada setiap RT.
“Masalah ibadahnya ada kebersamaan berjalan semua saling menghormati dan pengurusnya sekarang campur. Untuk menjaga kesatuan, bersama-sama meramaikan,” pungkas Budi.
Perumahan Graha Tirto Asri sendiri merupakan wilayah satu RW yang terdiri dari sepuluh RT. Dimana Masjid Darul Karim merupakan satu-satunya masjid di perumahan ini yang menyatukan perbedaan-perbedaan keyakinan dalam menjalankan ibadah. Di perumahan ini, sebagian warga mengikuti ritual ibadah Muhammadiyah dan sebagian lagi mengikuti ritual ibadah Nahdlatul Ulama.
Reporter : Adelia Mehra | Editor : Nanik Rahmawati