Kalijaga.co – Gramedia Sudirman Yogyakarta mengadakan kegiatan Bincang Buku Novel Bumi Series Tere Liye pada kamis, 28/12. Acara ini banyak mengundang minat pengunjung untuk menyimak karena dihadiri langsung oleh Darwis selaku penulis novel. Selain itu, Novel dengan genre fiksi ini bertujuan untuk menarik minat remaja agar mau meningkatkan budaya literasi.
Darwis atau lebih dikenal dengan Tere Liye memaparkan bahwa Novel Series Bumi ini mulai ditulis tahun 2012. Melihat situasi anak remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) Mereka lebih suka main gadget, komputer, laptop dan menonton televisi dari pada membaca buku. Maka dari itu , perlu di edukasi pentingnya membaca.
“Menulis buku bisa menjadi jembatan kalian membaca, maka 2012 mulai ditulis dan 2014 brojol buku pertama bumi. 2 tahun prosesnya,” ujar Darwis.
Dari banyaknya genre novel yang ditulis Darwis. Novel serial bumi ini dasarnya berada di level paling bawah.
“Dari 50-60 karya hari ini, serial bumi itu hanyalah junkfood, McD misalnya. Kalian pergi ke tempat makan, enak dan cepat makannya, keyang tapi tidak ada gizinya,” jelas Darwis.
Novel serial ini mengisahkan tentang tiga orang sahabat remaja yang sedang menjelajahi dunia pararel. Dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan mereka saling membantu satu sama yang lain
Fika, mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) salah satu pengunjung menuturkan, sangat excited menunggu kelanjutan cerita persahabatannya. Menurutnya setiap cerita yang berbeda memiliki ketertarikan tersediri juga.
“Gimana ya hampir semua saya tunggu antara Seli, Raib dan Ali. Karena Ali sudah menghilang, bisa aja kemungkinan Ali balik,” ujar Fika
Aufanida Rahma, pengunjung sekaligus mahasiswa menuturkan penulis menghasilkan novel dengan genre persahabatan dan petualangan, genre ini banyak disukai anak remaja. Tulisannya yang tidak monoton membuat pembaca kecanduan untuk membaca.
“Para remaja lebih suka atau lebih tertarik dengan hal tersebut” ujar Finanda
Selain nilai persahabatan, juga terdapat kata yang Terinspirasi dari sejarah Indonesia. Dalam buku Ceros dan Batozar, ada planet Bernama klan Bor-O–Bu-dur, nama tersebut diambil dari Candi Borobudur. Dan juga cover pada buku ILY yang jika diamati akan ada tulisan seperti aksara jawa, yang dapat diartikan “Selamat Datang di Ibukota Klan Matahari Minor Sre-Nge-Nge-1 Tertanda Kanselir.
Tanpa pembaca sadari, Tere Liye mengaplikasikan hal – hal yang ada disekitar dalam tulisannya. Contohnya buku Si Putih yang menceritakan sebuah Klan yang terkena wabah penyakit, menggambarkan keadaan ketika pandemi melanda Indonesia.
“Penulis mampu membagikan apa yang dirasanya melalui narasi dan suasana yang dibuat,” Pungkas Finanda.
Reporter : Adelia Mehra Fakhrina | Editor : Nanik Rahmawati