Kalijaga.co – Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi atau Haul Solo berlangsung pada sabtu, 4/11/2023. Tepatnya di komplek masjid Riyadh, Jl. Kapten Mulyadi,Solo. Acara ini dihadiri oleh ribuan jama’ah yang datang dari berbagai daerah nusantara, bahkan luar negeri. Mereka ingin lebih dekat dan mengenal sosok ulama karismatik di semasa hidupnya. Kini, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi menjadi pusat perhatian dan kekaguman dari masyarakat luas, bahkan beliau memperoleh tempat terhormat di hati ribuan orang.
Febriansyah, Jemaah dari Bogor, menuturkan baru pertama kali mendengar hebatnya perjalanan hidup Habib Ali dan ternyata beliau memiliki hubungan keilmuan dengan ulama-ulama di nusantara. Maka dari itu ia bertekad untuk menghadiri haul selanjutnya.
“Saya memiliki tekad untuk kembali datang ke sini untuk menghadiri haul beliau selanjutnya” ujar Febriansyah
Berbeda dengan Samsul, Jemaah dari Banjarmasin menjelaskan bahwa masyarakat di Kalimantan Selatan suka membaca Maulid Simtu Dhuror. Menurutnya akan lebih utama jika mengikuti acara Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
“Akan terasa lebih afdhol (utama) jika kami mengikuti peringatan wafatnya beliau secara langsung ke Solo, meski hanya sekali” ujar Samsul.
Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi , memaparkan bahwa semua yang datang ditempat ini mencintai Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi bukan karena harta atau apapun yang ada pada diri beliau. Tapi karena semasa hidupnya memiliki kedekatan dengan allah dan kepada rasulullah SAW.
“Maka kita tergolong orang-orang yang “mutahabbun fillah” saling mencintai karena Allah” ujar Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi
Habib Ali punya hubungan yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad. Tak terhitung sudah berapa kali beliau mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad. Beliau pun mendapatkan keistimewaan, di usia mudanya sudah berjumpa dengan Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga. Hubungan erat inilah yang memberikan keberkahan dalam Simtu Dhuror, sehingga siapa saja yang membacanya dan mengkajinya akan tersambung dengan Rasulullah SAW.
Ketika pembacaan manaqib atau riwayat hidup Habib Ali bin Muhammad Al-Habyi, Beliau lahir pada hari Jumat 24 Syawal 1259H di kota Qosam. Ayah beliau, Habib Muhammad bin Husein, adalah seorang dai besar yang menjadi mufti madzhab Syafi’i. di haramain asy-syarifatain (Mekkah dan Madinah). Sedangkan ibu beliau, Hababah ‘alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, adalah seorang dai wanita. yang gigih untuk menyebarkan ajaran Rasulullah.
“Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi terlahir dari kedua orang tua yang sholeh dan sholehah” , tambah Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi.
Di usia ke-17 tahun, Habib Ali dipanggil ayahnya ke Makkah untuk belajar dengan ayahnya langsung dan para ulama di mekkah selama 2 tahun. Setelah itu, beliau menghabiskan usianya untuk mengajarkan orang lain ilmu agama, ilmu fikih dan nahwu.
Kemudian di usia 44 tahun, Habib Ali membangun masjid Ar-Riyadh sekaligus mendakwahkan agar orang mencintai Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai Habib Ali mendapatkan gelar “Hamilu liwai mahabbatil Muhammadiyah” pemegang bendera cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Karena banyak sekali syair-syair beliau yang berisi pujian sebagai tandah cinta kepada Rasulullah SAW.
“Maulid Simtu Dhuror, Maulid ini menjadi salah satu maulid yang akhirnya dibaca di mana-mana” pungkas Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi.
Reporter: Muhamad Agil Gufroni | Editor: Nanik Rahmawati