Menjaga Kesehatan di Musim Kemarau: Tips dan Pengalaman Mengatasi ISPA, Gangguan Kulit, dan Lainnya

1 0
Read Time:4 Minute, 42 Second

Beberapa bulan belakangan ini Indonesia dilanda kemarau berkepanjangan. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau akan berlangsung cukup lama mulai Juli hingga Oktober 2023. Oleh karena itu, diperlukan persiapan untuk menghadapi musim kemarau panjang ini.

Kesehatan adalah salah satu aspek yang perlu dipersiapkan saat menghadapi musim kemarau. Paparan sinar matahari yang terus-menerus dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan, seperti kelelahan yang lebih cepat dan dehidrasi. Meningkatkan daya tahan tubuh akan sangat berguna untuk mengurangi potensi terjangkit penyakit yang biasanya lebih sering terjadi pada musim kemarau.

Hal tersebut disepakati oleh Citta Arunika, seorang dokter umum. “Saat ini memang cuaca sedang kemarau sehingga banyak yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan akut) dan diare,” ujarnya.

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Selama musim kemarau ini, banyak masyarakat yang terkena dampak pada kesehatannya. Gangguan pernapasan, seperti flu, batuk, dan pilek, seringkali dialami oleh banyak orang. Arbi, seorang mahasiswa, mengungkapkan bahwa ia juga mengalami gangguan kesehatan ini, termasuk batuk, radang tenggorokan, pilek, dan demam. Meskipun tidak berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, Arbi berhasil pulih dengan cukup istirahat dan asupan cairan yang mencukupi.

Gejala-gejala tersebut juga turut dirasakan oleh Aza, yang juga seorang mahasiswa. “Flu dan batuknya itu sampai infeksi telinga,” tuturnya. Aza mengatakan infeksi tersebut membuat telinganya menjadi berdengung. Menurutnya flu tersebut dikarenakan perubahan cuaca yang ekstrem. “Waktu itu habis panas-panasan di sini (kota) terus langsung ke daerah yang dingin,” lanjutnya.

Gejala ISPA juga dialami oleh Nabila. Saat diwawancara, Nabila yang tengah mengenakan masker mengeluhkan sakit yang ia rasakan di tenggorokan dan hidungnya. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini membuat hidungnya menjadi mampet, disertai pusing. Bahkan suara Nabila terdengar sengau akibat flu yang dideritanya.

Gangguan Kulit

Paparan sinar matahari yang normal seringkali dapat menyebabkan gangguan pada kulit, terlebih di musim kemarau. Pada musim ini, kulit cenderung menjadi lebih sensitif karena panasnya udara dapat meningkatkan produksi keringat. Jika keringat tidak dikelola dengan baik, maka keringat bersama dengan bakteri dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Iritasi ini dapat berwujud jerawat, biang keringat, dan rasa gatal yang mengganggu.

Bella (nama samaran) mengungkapkan bahwa selama musim kemarau ini ia mengalami gatal-gatal di punggung dan di daerah tertutup. “Perih, merah-merah gitu,” ungkapnya. Untuk menangani hal tersebut, Bella menaburkan bedak kulit di area yang gatal.

Demam, Lemas, dan Pusing

Demam merupakan gejala yang menandakan adanya penyakit. Penderita flu hingga penderita penyakit kulit pun tidak jarang mengalami demam. Seorang narasumber yang tidak ingin disebutkan namanya turut merasakan demam dan meriang. “Istirahat sih, sama minum Tolak Angin,” ucapnya saat ditanya bagaimana ia mengobati gejala tersebut.

Terpapar sengatan matahari dalam waktu cukup lama ketika cuaca panas dapat menyebabkan seseorang mengalami heat exhaustion atau kelelahan ekstrem. Banyak masyarakat yang mengeluhkan kondisi tubuh menjadi lemas, tak bertenaga, atau keliyingan seakan energi habis dihisap matahari.

Musim kemarau yang menyebabkan dehidrasi dan kelelahan ekstrem juga dapat menyebabkan orang lebih rentan terhadap pusing dan migrain. Kondisi tersebut tentu saja mengganggu aktivitas sehari-hari dan membuat orang ingin segera berbaring di tempat tidur untuk beristirahat.

Diare

Musim kemarau dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sekaligus mengakibatkan sumber air bersih dan udara menjadi lebih kering. Dampak dari kondisi ini bisa berpengaruh pada kesehatan manusia. Salah satu permasalahan yang muncul adalah peningkatan kasus diare, disebabkan oleh peningkatan konsentrasi kuman dalam air minum yang tersedia. Seorang individu bernama Nurul mengalami penyakit menular yang disebabkan oleh virus selama musim kemarau. Ia melaporkan bahwa gejala diare yang dideritanya juga disertai dengan gejala flu dan demam yang telah berlangsung selama sekitar seminggu. “Itu sekitar semingguan, panas masih (sampai sekarang),” ujarnya.

Nafsu Makan Turun

Suhu tinggi dapat menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal tersebut dikarenakan tubuh mencoba mengatur suhu tubuh dengan mengurangi fungsi penghasil panas seperti pencernaan makanan. Hal ini sempat dialami oleh Wafiq. “Biasa aja sih (musim kemarau), paling jadi gak nafsu makan aja,” ungkapnya saat ditanya dampak kemarau pada kesehatannya.

Menjaga Daya Tahan Tubuh

Agar tidak terpapar penyakit-penyakit yang telah disebutkan sebelumnya, penting untuk menjaga daya tahan tubuh terlebih dahulu. Citta Arunika menyarankan agar dapat menjaga pola makan gizi seimbang, istirahat dan minum yang cukup. “Boleh konsumsi multivitamin, konsumsi madu, dan minuman rempah-rempah sebagai kekebalan alami,” ucapnya.

Sementara itu, untuk meningkatkan imun Bella rutin mengonsumsi nutrisi baik. “Minum vitamin, sari apel, dan minyak ikan,” ucapnya. Selain itu, Bella juga gemar konsumsi jamu kunyit dan madu.

Di antara banyaknya masyarakat yang terjangkit penyakit di musim kemarau, terdapat juga yang dapat bertahan tanpa tersentuh penyakit. Olum, seorang mahasiswa, mengungkapkan bagaimana ia mencegah penyakit dengan mengonsumsi suplemen kesehatan. “Minum Imboost, minum banyak air, olahraga, dan makan teratur dua kali sehari,” ujarnya. Selain itu, menurutnya ada faktor lain yang memperkuat daya tahan tubuhnya saat ini. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menghindari paparan sinar matahari, Olum justru merasa tubuhnya menjadi lebih baik berkat vitamin D yang diperoleh dari matahari.

Daya tahan tubuh yang baik juga dimiliki oleh Sarah, yang juga seorang mahasiswa. Ia mengatakan bahwa ia rajin minum air yang cukup, istirahat teratur, dan sering mengonsumsi buah.

Usaha menjaga daya tahan tubuh di cuaca panas ini juga dilakukan oleh Sierra. Ia mengatakan untuk tidak tertular dan menularkan penyakit, ia gemar menggunakan masker. Selain itu Sierra juga selalu menuntut tubuhnya agar selalu bergerak dan olahraga ringan seperti senam di rumah. Ia juga mengonsumsi berbagai suplemen kesehatan. “Minum banyak air, rajin makan buah mangga, minum Imboost, Sangobion, dan minum obat penambah darah,” ujarnya.

Sama seperti narasumber lainnya, Cici, mahasiswa, juga turut menjaga daya tahan tubuhnya dengan banyak minum air. “Rutin sarapan. Sarapan itu penting banget,” ungkapnya. Selain itu, Cici juga rutin minum jamu kemasan saat datang bulan serta mengonsumsi buah apel saat sakit. Lebih lanjut ia mengungkapkan penanganannya terhadap gangguan tersebut. “Gak berobat. Tidur dan minum air aja,” ucapnya.

Reporter: Wimbi Nur | Editor: Fikri Khairul Lisan | Ilustrasi: Alifia Maharani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *