Jogja Batik Carnival 2023 Mengangkat Tema  Hangreksa Cinandra

2 0
Read Time:1 Minute, 41 Second

Jogja Batik Carnival (JBC) kembali diselenggarakan pada tahun ini, tepatnya pada (20/10) di Taman Wisata Tebing Breksi, Sleman-Yogyakarta. Tahun ini J|BC mengusung tema yang “Hangreksa Cinandra”. Even batik JBC diadakan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober lalu.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Singgih Raharjo menerangkan makna  Hangreksa artinya menjaga dan menghargai, sedangkan Cinandra artinya hal-hal indah yang diibaratkan. Ini adalah bagaimana masyarakat menghargai batik dan bangga atas karya yang sangat luar biasa.

Dalam mengurai tema yang diusung, JBC menampilkan batik dalam bentuk carnival. Batik dibawakan dalam penampilan-penampilan dari ke-15 peserta yang ikut mengekspresikan kreativitas mereka di Jogja Batik Carnival pada tahun ini. Batik dijadikan kostum dan aksesoris utama pada penampilan mereka.

Adanya kolaborasi dengan para pekerja seni serta diadakan di tempat wisata menjadikan pagelaran ini memiliki daya tarik lebih dan memikat para wisatawan yang kebetulan berkunjung ke Tebing Breksi.

“Wisatawan yang datang saya liat cukup antusias menyaksikan JBC ini. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi pemicu seluruh pihak untuk tetap bangga dan lebih menghargai batik” Ujar Singgih.

 “Kita tentunya sangat bangga sekali dapat mengenakan batik dan harapannya anak muda di luar sana, millennial, Gen-Z juga dapat mengenakan batik dan berbangga mengkampanyekan batik-batik Indonesia.” Ujar Dwiyana Wijaya, selaku pembawa acara Jogja Batik Carnival

Tri Saktiana, selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan SETDA DIY memaparkan, bahwa motif batik bagi warga Jogja tidak hanya sekedar kain yang diberi motif. Namun, batik dianggap sebagai rajjah, yaitu semacam doa, harapan, dan filosofi kehidupan yang dilukiskan.

Tri menjelaskan batik adalah kain motif yang dibuat oleh printang warna. Jadi proses membuatnya menggunakan perintang warna. Sehingga batik-batik yang dibuat dan dijual tanpa menggunakan perintang warna itu sebenarnya bukan batik tapi itu adalah tekstil bermotif batik.

“Kita bisa membayangkan motif batik parang sangat indah. Itu adalah visualisasi, simbolisasi dari gelombang laut selatan. Bisa dibayangkan, yah. Yang dinamis tanpa henti bergemuruh. Itulah yang harus ditanamkan ketika seseorang menggunakan kain batik parang,” pungkas Tri.

Reporter: Muhammad Agil | Editor: Maria Al-Zahra

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *