Kalijaga.co – Farida Music merupakan grup musik yang berdiri sejak tahun 2017. Dalam proses pembuatan karya Farida music mengangkat konsep teori seni profetik sebagai landasan berfikir. Dari sini kemudian muncul tiga unsur , pertama nilai humanisasi atau kemanusiaan , kedua liberasi atau pembebasan dan ketiga transendensi atau keberlanjutan. Hal ini ia lakukan sebagai wujud ikhtiar dalam merawat kewarasan hidup menjadi warga negara di era modern sekarang melalui karya.
Farid, Anggota grup Farida music memaparkan bahwa dalam proses pembuatan karya, Farida music sangat erat dengan realitas sosial yang ia jumpai. Sebagian lagu yang diciptakan banyak menyampaikan kritik sosial sebagai upayanya melawan tirani, baik dalam skala pemerintah, kelompok atau organisasi hingga individu.
Salah satunya lirik lagunya berjudul Intrik Namlima, bercerita tentang bagaimana rezim masa orde baru memanipulasi sejarah kelam bangsa indonesia, yang biasa kita kenal dengan Gerakan 30 September/ Partai Komunis Indonesia (G30 S/PKI).
Selain itu , Farid mengatakan bahwa dirinya bukan sekedar proyek musik atau seorang musisi, ia mengonsep proyeknya seperti sebuah ritual dalam menciptakan entitas baru dari setiap pertunjukannya baik dari segi lirik maupun musiknya.
“Jadi nggak cuma sekedar menceritakan hal-hal yang profan, tapi sebisa mungkin menceritakan hal-hal yang sakral atau hal-hal yang transenden tapi dibahasakan secara imanen dan membumi gitu lah,” ujar Farid.
Musik sangat mampu menarik pendengar untuk masuk ke dalam suatu peristiwa yang digambarkan oleh sebuah karya yang berbasis suatu bunyi atau suara. Tentu sangat memungkinkan sebuah entitas dapat tercipta, dengan ini manusia mempunyai pandangannya sendiri tanpa perlu mengekor ketika dihadapkan dengan sistem.
“Ya, cuma pengen membasahi kekeringan jiwa kita yang udah dihancurkan oleh kemodernan seperti ini sih, dan oleh negara juga ,” tegas Farid.
Salah satu tujuan terbentuknya Farida Music , selain hobi dan rekreasi juga sebagai cara farid untuk membanggakan orang tuanya .Nama Farida sendiri diambil dari mendiang almarhum ibunya. Ia berharap nama ibunya dapat dikenal dan didoakan banyak orang.
“Kalau saya bisa menyebarkan nama Ibu saya dengan cara apapun, kenapa nggak lewat musik? Misal, lewat prestasi aku nggak bisa bikin bangga orangtuaku, lewat dunia akademis juga nggak bisa. Nah aku pengennya nama Ibuku tu dikenal juga dikenang sama teman-teman, terus akhirnya mereka juga mendoakan Ibuku,” pungkas Farid.
Kemudian, Perjalanan Farida musik telah mengalami banyak perubahan nama, mulai dari Farid Merah, Pop Mistik Kontemporer. Pertunjukan Farida Music belum bisa dinikmati melalui platform digital. Sementara ini, karya-karyanya hanya bisa didengar di acara-acara solidaritas atau panggung rakyat.
Reporter : Widad Hafiyan | Editor : Nanik Rahmawati