Suluh Sumurup Art Fest 2023, Ajak Masyarakat “Gegandengan” Bareng Difabel

0 0
Read Time:3 Minute, 46 Second

Kalijaga.co (17/09) Taman Budaya Yogyakarta menjadi tuan rumah untuk Suluh Sumurup Art Festival Gegandengan 2023 yang mengambil tema “Art Disability”. Festival ini berlangsung dari tanggal 14 hingga 22 September 2023 dan dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 11.00 hingga 19.30 WIB.

Pameran ini bertujuan sebagai memupuk rasa kemanusiaan dan keberadaan kepada para penyandang difabel khususnya seniman difabel, dengan memberikan ruang berkarya sekaligus berkreasi. Sekitar 159 karya dipertontonkan kepada umum dari para komunitas seniman difabel, per-seorangan, maupun open call.

“Ada yang dari komunitas, per-seorangan, ada juga yang open call, tapi open call cuma 4 aja karyanya,” ucap salah satu Gallery Sitter Bernama Felisia Calista.

Bersama dengan bantuan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan panitia penyelenggara, Surup Sumuluh Art Festival berhasil diselenggarakan meriah dan menarik antusiasme masyarakat dari berbagai usia. Festival ini telah membuka pintu bagi semua kalangan tanpa dipungut biaya atau gratis. Acara berlangsung selama beberapa hari dengan rangkaian kegiatan yang beragam.

Rangkaian acara selama festival mencakup diskusi sastra pada tanggal 15 September, gallery tour pada tanggal 16 dan 18 September, tari inklusi pada tanggal 17 September, workshop bahasa isyarat pada tanggal 19 September, pertunjukan wayang sodo pada tanggal 20 September, teknik suminagashi pada tanggal 21 September, dan penampilan musik disabilitas dan eksperimental bunyi pada tanggal 22 September.

“harusnya ini tuh pameran tahunan gitu, dan biasanya acaranya bukan di TBY tapi di Gallery Katamsi ISI Yogyakarta, dan khusus ini memang pameran disabilitas, jadi memang karya-karyanya dari difabel” jelas Felisia.

Dalam pameran ini juga disediakan Tantrum Room/Ruang Tantrum bagi penyandang difabel yang merasa kurang nyaman. Tersedia scan katalog bagi penyandang difabel netra, juga disediakan kamar mandi khusus difabel yang pastinya terpisah antara laki-laki dan perempuan. Terlihat bahwa sarana yang disediakan panitia dikhususkan bagi kenyamanan penyandang difabel.

Karya-karya yang ditampilkan juga beragam, mulai dari para penyandang difabel usia anak-anak hingga dewasa, bahkan mencakup seniman difabel profesional. Hasil karya mereka patut dihargai, mengingat keterbatasan yang mereka hadapi. Terlepas dari beberapa lukisan yang mungkin terlihat kekanak-kanakan, potensi dalam menggambar, melukis, dan berkarya yang mereka tunjukkan sungguh indah dan bermakna mendalam. Kemampuan mereka dalam pemilihan warna dan keterampilan menggambar juga patut diakui. Setiap hasil karya difabel disertai dengan foto pelukis atau yang menggambar karya tersebut, hal itu akan memberikan lebih banyak wawasan tentang pencipta di balik karya-karya tersebut.

“Menarik ya, karena lukisan-lukisan ini adalah karya teman-teman difabel, berarti memang pemerintah sudah memberikan ruang bagi mereka, untuk menunjukkan potensi dan bakat penyandang difabel” ujar Meta (Pengunjung Difabel Fisik).

Selain karyanya, dalam persiapan menuju pameran Gegandengan, panitia dan gallery sitter sebagai penjaga pameran mengalami banyak lika-liku. Felisia menjelaskan, “jadi, tugas gallery sitter itu emang buat ngejaga pameran, memberi arahan kepada pengunjung, misalnya apa yang boleh disentuh dan tidak boleh, dan kalau misal ada yang tanya soal pameran juga bisa ke gallery sitter” ucap Felisia.

Selain itu, para gallery sitter juga menghadapi tantangan dalam berkomunikasi dengan penyandang difabel yang belum terbiasa. Mereka merasa cemas dan takut salah saat berbicara dengan teman-teman difabel. Mereka khawatir tindakan mereka bisa menyakiti perasaan penyandang difabel tersebut. Oleh karena itu, para gallery sitter merasa perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik kepada kurator mereka yang juga seorang penyandang disabilitas.

“gimana cara ngadepin teman-teman difabel gitu ya, soalnya masih agak takut salah juga, atau takut nanti mereka sakit hati, jadi kita kek belajar juga dari kuratornya karena beliau juga penyandang disabilitas” ujar Felisia.

Kurator tersebut memberikan arahan khusus kepada gallery sitter agar bersikap ramah dan mudah bergaul dengan para pengunjung difabel, mengajak mereka berbicara dengan santai seperti yang dilakukan dalam interaksi sehari-hari. Selain itu, terdapat juga tantangan dalam berhadapan dengan pengunjung pameran yang mungkin tidak selalu mematuhi peraturan yang telah dijelaskan oleh panitia penerima tamu atau registrasi.

Dalam pameran Gegandengan ini juga merangkul UMKM para penyandang difabel dari seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat 20-25 stand UMKM yang didirikan di sekitar area pameran Gegandengan yang turut merasa senang dan bersyukur dirasakan salah satu peserta UMKM difabel fisik,

“saya seneng banget, karena ini pertama kalinya Dinas Kebudayaan DIY mengadakan acara pameran lukisan hasil karya difabel, juga disediakan tempat bagi para UMKM” ucap Endang Sundayani peserta UMKM difabel fisik.

Ia juga menjelaskan terdapat banyak pilihan stand yang bisa kita kunjungi dan itu semuanya bervariasi mulai dari produk craft, kuliner, kopi, eco-print, dan masih banyak lagi dan semuanya itu adalah produk milik penyandang difabel.

Mari agendakan kunjunganmu ke Suluh Sumurup Art Festival Gegandengan 2023 sebelum 22 September 2023.

Reporter : Hadiyya Qurrata A’yyuun | Editor : Fikri Khairul Lisan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *