Dewan Pers Sambang Kampus : Mahasiswa Melawan Hoaks

0 0
Read Time:1 Minute, 43 Second

Dewan Pers bekerja sama dengan UPN Veteran Yogyakarta mengadakan acara Talk Show bertemakan Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial pada Senin, 21/08. Bertempat di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN Veteran kampus II Babarsari Yogyakarta. Peserta terdiri dari masyarakat umum, mahasiswa dan beberapa Lembaga Pers Mahasiswa yang ada di Yogyakarta.

 Acara ini dimulai dengan speech pane oleh tiga mahasiswa UPN Veteran tentang  Zilenial atau Gen Z memandang masa depan kemerdekaan pers dan jurnalisme Indonesia dalam perspektif kritis.

Susilastuti, Akademisi UPN, menjelaskan bahwa pesatnya teknologi informasi sekarang telah menyediakan banyak ruang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan. Namun, sebagai mahasiswa tidak boleh asal menyampaikannya. Perlu pergulatan diri,  diskusi atau tahap wisdom terlebih dahulu, karena setiap kata memiliki makna jika ada kekeliruan maka akan luar biasa dampaknya.

“Kita tidak hanya sekedar menyampaikan pemikiran, unek-unek , tanpa ada data. Data itu persepsi, tapi persepsi perlu didukung dengan sesuatu yang create sehingga dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Susilastuti.

Menurut Yadi Hendriana  selaku Anggota Dewan Pers, demokrasi bisa diwujudkan dengan  pers informasi yang diekspresikan dengan baik dan bertanggung jawab. Selain itu ia menjelaskan berdasarkan UU no 40 tahun 1999 tentang Dewan Pers mengatur informasi bebas tapi dapat dipertanggungjawabkan, karena nantinya akan berdampak bagi masyarakat.

“Kebebasan dengan akuntabilitas atau tanggungjawab, juga tidak ada gagasan hoaks,” ucap Yadi.

Hudono selaku Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY, mengatakan bahwa mahasiswa yang suka mengupload informasi tanpa ada verifikasi nantinya akan bermasalah. Dampaknya dapat terkena UU ITE dikenakan menyebarkan  hoaks secara sengaja. Lain dengan seorang wartawan atau jurnalis apabila ada kekeliruan maka ada hak jawab, hak koreksi dan mediasi.

Susilastuti menambahkan bahwa posisi lembaga pers mahasiswa kampus sebagai chalengers atau penantang pada system di suatu perguruan tinggi. Penantang bukan berarti buruk , dalam hal ini seorang penantang mencoba  keluar dari sistem untuk melihat permasalahan yang ada di kampus. Langkah selanjutnya adalah mimilah isu apa dikedepankan dan perjuangkan.

 “Kunci aktivitas jurnalisme adalah memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan kepentingan publik dengan bermain diksi, ujungnya tidak ada tendensi yang lain,” pungkas Susilastuti.

Reporter: Nanik Rahmawati | Editor: Maria Al-Zahra

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *