Kalijaga- Pagi itu, Wisnu – bukan nama sebenarnya – tengah duduk bercengkrama bersama beberapa orang di trotoar pinggir jalan Mangkubumi, ujung selatan jalan lurus dari Tugu Pal Putih Yogyakarta. Ia dan beberapa orang itu mengenakan seragam warna oren dengan logo kota Yogyakarta tergambar di bagian dada. Seragam itu adalah pakaian yang dikenakan oleh petugas kebersihan. Wisnu adalah bagian dari mereka.
Selama lebih dari setahun belakangan, ia sudah melakoni pekerjaan barunya tersebut. Sebelumnya, ia adalah pendorong gerobak malioboro. Sebuah profesi yang dulu dikerjakan oleh banyak orang di sana. Pekerjaan utamanya adalah menyiapkan gerobak untuk pedagang kaki lima (PKL) Malioboro berjualan serta merapikan dan memasukkan gerobak-gerobak tersebut ke tempat penyimpanan gerobak.
Wisnu bersama puluhan kawan senasib harus kehilangan pekerjaannya tersebut saat pemerintah Kota Yogyakarta merelokasi PKL Malioboro awal Februari 2022 lalu. Saat itu, ribuan PKL yang sebelumnya berjualan di sepanjang jalan Malioboro dipindahkan ke Teras Malioboro 1 di depan Pasar Beringharjo dan Teras Malioboro 2 di samping gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Relokasi PKL tersebut adalah bagian dari upaya menjadikan sumbu filosofis Yogyakarta sebagai situs warisan budaya tak benda Unesco. Sumbu filosofis adalah sebuah garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi di utara, tugu Pal Putih, keraton Yogyakarta, panggung Krapyak, dan pantai Parangkusumo di Selatan dengan garis lurus.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY nomor 108 tahun 2017, area sumbu filosofis yang ingin didaftarkan sebagai situs warisan budaya tak benda adalah area sepanjang jalan lurus dari Tugu Pal Putih, Keraton, hingga panggung Krapyak. Ruas jalan yang dilalui adalah jalan Margo Utomo, Jalan Mangkubumi, Jalan Malioboro, Jalan Margamulya, Jalan Pangurakan, Jalan D.I. Panjaitan, hingga Jalan Gading. Bagian ini dinilai memiliki makna filosofi sangkan paraning dumadi, yaitu perjalanan manusia dari lahir hingga meninggal.
Pengajuan sumbu filosofis sebagai warisan dunia itu telah dilakukan oleh pemerintah DIY sejak tahun 2014. Baru pada tahun 2017, sumbu filosofis masuk ke dalam tentative list atau usulan situs yang akan diajukan ke dalam situs warisan budaya tak benda Unesco. Tahun 2019, sumbu filosofis telah melewati proses voluntary submission yang artinya sudah tinggal sedikit lagi ia diresmikan. Hingga Agustus 2022 lalu, tim penilai dari Unesco datang untuk meninjau langsung sumbu filosofis.
Periode penilaian tersebut tidak jauh dari relokasi PKL Malioboro yang dilakukan 7 bulan sebelumnya. Relokasi itulah yang menyebabkan banyak pendorong gerobak yang pekerjaannya bergantung pada PKL seperti Wisnu harus kehilangan pekerjaan.
Perihal menjadi pendorong gerobak, ia sudah khatam. kurang lebih 20 tahun ia telah menggantungkan penghasilannya melalui profesi tersebut. awalnya, ia hanya mendorong 8 gerobak menggantikan kakak iparnya. Bertahun-tahun hingga akhirnya ada 50 gerobak yang dipercayakan kepadanya. Saat itu ia bahkan bisa mempekerjakan orang lain untuk membantunya.
Pekerjaan sebagai petugas kebersihan adalah pilihan terakhir yang dapat ia ambil. Wisnu menceritakan bahwa sejak awal wacana relokasi digulirkan, ia bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro (PPGM) sudah beberapa kali melakukan aksi menuntut hak pekerjaan mereka yang hilang.
Selama 4 bulan lamanya mereka tidak punya pemasukan sama sekali. Wisnu sendiri harus mengandalkan tabungan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tabungan itu sudah ia kumpulkan selama menjadi pendorong gerobak. Namun, memang tabungan tak bisa bertahan selamanya.
Ia sudah bingung bagaimana lagi cara mendapatkan uang setelah itu. Ia juga sudah datang melakukan audiensi ke pemerintah provinsi dan kota Yogyakarta. Hingga sampai akhirnya ia ditawari menjadi petugas kebersihan, ia mengambil kesempatan itu.
“Ya udah ini mudah-mudahan sampe tuo,” katanya.
Meski demikian, menurutnya tetap lebih enak saat menjadi pendorong gerobak. Saat itu, untuk masing-masing gerobak yang ia dorong, ia mendapat upah 15-20 ribu. Untuk 50 gerobak yang ia tangani, pemasukannya tidak kurang dari 5 juta perbulan. Berbeda sekali dengan gajinya saat ini yang hanya sebesar 2,3 juta perbulan.
Menurut Wisnu, dengan gajinya saat ini, ia harus mencukup-cukupkan pengeluarannya dalam sehari. Kendati itu, ia mengaku tetap bersyukur karena sudah mendapatkan pekerjaan pengganti.“timbang kita gak ada pekerjaan to,” ucapnya.
Penulis: Aji Bintang Nusantara
[…] Baca juga: https://kalijaga.co/2023/08/13/pendorong-gerobak-malioboro-dalam-pusaran-sumbu-filosofi-bagian-1/ […]