0
0
Kalijaga.co – Masyarakat Dusun Dayeuh Kolot, Kuningan, Jawa Barat memiliki tradisi unik selepas panen raya tiba. Mereka menyebutnya babarit.
Babarit merupakan salah satu bentuk rasa syukur warga desa atas hasil panen yang sebagian besar bermata pencaharian petani dan pekerja kebun. Hasil panen tersebut digantung di dinding panggung dan tenda agar masyarakat selalu mengingat Tuhan atas segala kelimpahan dan rezeki yang telah diberi oleh-Nya.
“tradisi ini enggak hanya sebagai sedekah bumi aja, tapi bentuk hormat kami sama leluhur terdahulu” tutur Ayu, salah satu warga asli dusun Dayeuh Kolot.
Selain memampang hasil bumi, tradisi ini juga diliputi tarian khas serta iringan musik tradisional. Hal ini menambah kekentalan budaya yang sudah dilakukan sejak berabad lalu. Acara dibuka dengan lantunan doa yang berlanjut dengan sambutan-sambutan dari Kades Dayeuh Kolot, Kapolsek Kuningan, serta perangkat desa.
Acara inti dimulai dengan irama musik khas dari kendang, gong, bonang, gambang dan saron. Terdapat penari laki-laki dan perempuan sambil memegang kain yang sudah di doa oleh para petua. Ketika lagu dinyanyikan, penari akan menari mengikuti irama hingga selesai. Disela-sela menari salah seorang penari laki-laki memegang kelapa yang kemudian dibawa kesuatu tempat untuk dipersembahkan kepada leluhur desa.
Tradisi babarit sendiri diselenggarakan setiap satu tahun sekali di bulan muharram yang tak sengaja bertepatan dengan hari ulang tahun dusun Dayeuh Kolot. Acara tersebut berlangsung di depan masjid dan kantor balai dusun selama satu jam yang dimulai seusai salat ashar.
Wulan, salah satu penonton mengaku baru kali pertama menyaksikan tradisi babarit. Dia tidak begitu memahami bagaimana konsep detail acara namun mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tengah melaksanakan KKN tersebut sangat menghargainya.
“Tapi setelahnya, aku mungkin bisa sedikit ambil hikmah dari kegiatan itu. Tapi keren sih, masih melestarikan”tandasnya. (kkn)
Penulis: Aulia Rachmah I Editor: irw
