Kalijaga.co – Wacana Marketplace Guru telah dikeluarkan oleh Nadiem Makariem pada Mei kemarin. Melalui Rapat Kerja Komisi X DPR RI. Rencananya konsep ini akan digunakan tahun 2024 mendatang dan diharapkan menjadi solusi permanen dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan guru.
Namun, baru dua bulan setelah wacana dicetuskan, telah menuai banyak tanggapan pro dan kontra dari tenaga pendidik mulai dari guru dan pengamat pendidikan. Hal ini disampaikan oleh guru di daerah Kudus.
Ari Ida guru MA Ma’ahid Kudus, berpendapat bahwa wacana marketplace ini seolah-olah menjadikan guru seperti barang. Mana yang bagus kemudian dipilih oleh pihak sekolah.
“ Kok kita jadi seperti barang , istilahnya seperti memilih guru yang bagus dan bisa diambil pihak sekolah,” ujarnya.
Ari Ida menambahkan bahwa wacana ini perlu diperhatikan lagi karena dampaknya tidak hanya pada calon guru atau fresh-graduate, juga para guru sepuh yang sudah berumur memiliki kendala dalam menggunakan IT. Tentu akan kesulitan dalam menggunakan aplikasi atau website.
“Wacana ini bisa lebih di godok dengan baik, mungkin wacana ini bagus untuk calon guru atau fresh graduate yang lebih paham soal IT dibanding guru yang sudah tua,” imbuhnya.
Menurut Sulistiyanto selaku Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Cabang Pasuruhan Kudus sekaligus guru Kimia di SMAN 2 Kudus, wacana ini masih memiliki banyak kendala salah satunya soal gaji dan kapasitas sekolah yang berbeda-beda.
“Guru itu kan tidak melulu soal mengajar, tetapi bagaimana soal honor atau gajinya, kapasitas tiap sekolah yang berbeda-beda, pastinya hal tersebut masih banyak kendala” ujarnya
Sulistiyanto juga menambahkan, tentang standar sekolah swasta dan negeri yang berbeda , serta aturan setiap sekolah swasta yang memiliki aturan masing-masing juga menjadi kendala.
“Standar sekolah swasta dan negeri itu kan berbeda, apalagi yang swasta soal gajinya disesuaikan dengan kemampuan sekolahnya, misalnya saya ini kan pemerhati sekolah swasta (Muhammadiyah) di cabang Pasuruhan, itu saja masih banyak kendala, terlebih tiap cabang daerah punya aturan masing-masing di lingkup Majelis Dikdasmen” tambahnya.
Namun, disisi lain Sulistyanto menyampaikan bahwa marketplace ini juga memberikan dampak positif bagi guru , karena data calon guru akan masuk dalam database pemerintah.
“ Marketplace ini ada positifnya, karena data calon guru nantinya akan masuk ke dalam database” ujarnya.
Sulistiyanto juga menilai ini menjadi tugas guru untuk lebih mengupdate dan tidak ketinggalan dengan informasi terbaru.
“Ini jadi tugas guru sebenarnya, kalau guru harus terus update dan upgrade, kalau ketinggalan kan malah murid-muridnya yang tahu duluan, wong sekarang itu informasi penyebarannya sudah luar biasa,” ucap Sulistiyanto.
Wacana marketplace ini belum pernah sama sekali dibahas oleh pihak sekolah . Karena masih wacana yang belum jelas informasi dan pembahasannya dari pemerintah.
“Kalo di SMAN 2 Kudus sendiri malah belum pernah dibahas soal marketplace, wong masih wacana, sesuatu yang masih wacana ngapain dibahas, toh belum ada bobot pembahasan secara jelas, jadi biasa aja” ujar Sulistiyanto.
Sedangkan dari sekolah MA Ma’ahid Kudus, tidak terlalu memperhatikan soal ini karena sistemnya pengabdian dari gurunya.
“di Ma’ahid juga belum dibahas nduk, apalagi Ma’ahid malah lebih ndak terlalu memperhatikan soal-soal seperti itu, soalnya kan Ma’ahid sifatnya pengabdian gitu guru-gurunya, jadi banyak yang belum tahu soal ini, pun di Ma’ahid guru PNS ga banyak sekitar 1-2 orang,” ujar Ari Ida.
Ari Ida berharap wacana marketplace lebih dimatangkan lagi karena melihat dampaknya bagi guru-guru sepuh dan guru-guru swasta yang tidak terdaftar di Dapodik atau data Kemendikbud. Sementara marketplace ini data yang masuk dalam Dapodik.
“Semoga marketplace lebih digodok lagi karena melihat dampaknya , untuk guru sepuh yang tidak paham tentang aplikasi , atau web dan guru – guru swasta yang tidak terdaftar di Dapodik atau data Kemendikbud , tapi di Simpatika atau data Kemenag itu juga harus diperhatikan , sementara kita-kita dari madrasah masuk dalam Simpatika,” imbuhnya.
Kedua narasumber juga memberikan pesan kepada seluruh tenaga pendidik (tendik), agar tetap menjalankan profesi guru dengan baik, sabar, dan ikhlas, InsyaAllah berkah dan jadi “sangu/bekal” di akhirat kelak.
Penulis : Haddiya Qurrata A | Editor : Nanik Rahmawati
Sumber foto : Rejogja-Republika