SEMANGAT JUANG HAMKA

1 0
Read Time:3 Minute, 2 Second

Judul: Buya Hamka | Penulis: Ahmad Fuadi | Penerbit: PT Falcon | Tahun terbit: 2023 | Tebal: 364 hlm | Peresensi: Nanik Rahmawati

Siapa yang tidak kenal dengan Buya Hamka?

Nama Hamka merupakan kepanjangan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Nama ini diambil setelah melakukan ibadah haji di Mekkah. Sedangkan sewaktu kecil ia sering disapa  Malik. Lahir pada  17 Februari 1908 di Maninjau, Padang. Ayahnya seorang ulama bernama Haji Rasul, dan ibunya bernama Syafiah.

Semasa kecil, Malik dikenal dengan bocah pemberani dan keras kepala. Ia lebih suka ikut pamannya, Angku Muaro menuju muara sungai di tepi danau untuk memancing ikan sambil mendongeng, berpantun dan latihan silat karena ia merasa menemukan jiwanya, dari pada harus belajar agama mendengarkan pengajian di surau.

Buku ini menceritakan tentang perjalanan Buya Hamka dari masa kecil, hingga menjadi seorang tokoh nasinoal. Sikap nasionalisme ia buktikan dengan berjuang menggunakan tulisan dan ceramahnya.

Dalam buku ini diceritakan part of life Hamka secara epik dan menarik. Sekitar 50 cerita perjalanan Buya Hamka disajikan disini, seperti Lelaki Sekecil Nyamuk, Surat Tak Sampai, Kertas Selundupan, Danau Terbentang Jadi Guru, Tahi Ayam Di Puncak Hidung, Guru Berbelangkon dan lainnya.

Semangat dan kegigihannya dalam belajar tidak di ragukan lagi. Sejak umur 16 tahun, ia memutuskan untuk merantau  ke tanah Jawa, tepatnya di  Yogyakarta. Disana ia belajar tafsir baidhawi, nahwu dan sharaf. Selain itu ia pun bergabung dengan Syarikat Islam, bertemu dengan H.O. S. Cokroaminoto.

Kalau kamu ingin menjadi pemimpin besar , menulislah seperti  wartawan dan berbicaralah seperti seorang orator Kalimat H.O.S. Cokroaminoto yang selalu Hamka pegang untuk belajar menulis dan berorasi pada khalayak umum.

Tak hanya menceritakan perjuangan Hamka di Indonesia, buku ini juga berisikan perjalanannya belajar di Mekkah. Janji berpuluh tahun lalu pada sang ayah ia tepati. Dengan kemampuan Bahasa Arabnya, Hamka menjadi juru bicara ketika bertemu dengan Amir Faisal, Putra Mahkota Raja Arab Saudi. Selama tinggal di Mekkah ia  bekerja di sebuah toko percetakan.

Selain H.O.S. Cokroaminoto, Hamka juga mengidolakan Agus Salim. Pertemuan dengan sang idola terjadi di Mekkah. Mereka banyak bertukar pikiran. Keputusan Hamka untuk pulang ke tanah air salah satunya dipengaruhi oleh sang idola.

Di tanah air Hamka mulai serius dengan karirnya sebagai jurnalis. Hari demi hari ia disibukkan dengan mesin ketiknya. Tulisan pertama Hamka ‘Perjalanan Ke Tanah Suci’ sukses dimuat di Koran.

Ketekunan Hamka dalam menulis menjadikannya redaktur di Majalah Pedoman Masyarakat di Medan. Sebagai majalah yang masih muda, Hamka selalu memberi semangat pada anak buahnya untuk bersaing sehat dengan majalah lain.

Di Majalah Pedoman Masyarakat karya-karya Hamka diterbitkan. Cerita roman berjudul Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck, dan Di Bawah Lindungan Ka’bah sukses menjadi perbincangan banyak orang. Kepiawaiannya dalam mengolah cerita roman telah menyentuh hati pembaca.

Majalah ini juga menjadi media juang baru bagi  Hamka untuk mengkritisi para penjajah yang semakin semena-mena kepada rakyat

Kehidupan Hamka kian berwarna saat dirinya menikah dengan Siti Raham dan anak mereka. Kisah rumah tangga yang sangat sederhana, bagi seorang tokoh besar nasional. Keluarga Hamka tidak bergelimang materi, bahkan kala itu hanya ada satu sarung yang digunakan bergantian untuk sholat.

Semangat, keberanian dan kegigihan hamka dalam menuntut ilmu patut kita contoh. Apalagi  di era sekarang pendidikan indonesia yang semakin maju, banyaknya program beasiswa, teknologi yang semakin berkembang, seharusnya membuka pikiran kita untuk lebih giat belajar, menambah pengetahuan, memperluas cakrawala dan berani menempuh pendidikan sampai diluar negeri. Wadahnya sudah ada, tinggal kita mau tidak untuk mengambil kesempatan itu.

Selain itu, pantang menyerah untuk terus mengasah skill juga perlu kita tingkatkan. Marilah kita ciptakan ruang karya dalam bidang apapun misalkan karya jurnalis, music, tata busana, seni dll karena setiap kita memulai membuat karya sama seperti halnya memulai sebuah keabadian.

Editor: Maria Al-Zahra

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *