Kalijaga.co – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri acara peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-63 yang diselenggarakan di Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah Jum’at malam (23/06). Ia menyampaikan beberapa pesan kepada para mahasiswa sebagai kader PMII tentang peran mahasiswa bagi Indonesia.
Dalam acara tersebut, Prabowo mengatakan mahasiswa adalah harapan seluruh bangsa Indonesia, sehingga mahasiswa harus berani, inovatif, rajin, disiplin, mau belajar dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Para mahasiswa adalah masa depan, harapan orang tua dan seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, kita perlu generasi muda yang berani, mahasiswa yang inovatif, mahasiswa yang rajin, mahasiswa yang disiplin, mahasiswa yang mau belajar dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi” ujar Prabowo dihadapan puluhan ribu kader PMII.
Prabowo menambahkan bangsa yang makmur dan sejahtera harus menguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sini akan muncul tokoh-tokoh yang akan membawa indonesia menuju kemakmuran.
Selain itu, ia mengatakan bahwa negara Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus demografi tahun 2025. Bonus demografi adalah dimana sebagian besar rakyat berada di usia produktif. Dalam sejarah bangsa bonus demografi hanya datang sekali dan hanya berlangsung 13 tahun saja. Hal ini menjadi kesempatan emas untuk menjadikan Indonesia sebagai negara makmur.
“Kita berada disaat yang sangat kritis. Presiden sudah mengatakan kita sekarang menghadapi apa yang disebut bonus demografi. Di situlah kita perlu tokoh-tokoh muda, yang berani tampil, untuk bekerja supaya bisa tembus menjadi negara makmur dan tidak terus menerus menjadi negara menengah. Kita ingin menjadi negara maju seperti cita-cita kita sekalian” ucap Prabowo.
Prabowo berpendapat dengan menjadi negara maju, kekayaan yang dimiliki dapat diolah di dalam negeri atau hiliasi, ini nantinya menjadi dasar kebangkitan bangsa Indonesia.
Di akhir pidatonya, Prabowo mengatakan bahwa Indonesia harus menjadi bangsa yang kuat, agar tidak menjadi bangsa yang menderita. Ia mengutip kalimat dari salah satu ahli sejarah Yunani Kuno.
“Ada suatu pelajaran dari ahli sejarah terkenal dari Yunani yang sangat kuno. Dia yang mengajarkan hukum Tuchydides. Dia mengajarkan bahwa yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu perbuat, the strong will do what they can, and the weak suffer what they must. Yang lemah akan menderita apa yang ia harus derita,” katanya.
Reporter : Ilham Dwi Rahman | Editor : Nanik Rahmawati