Kalijaga.co – Kasus kekerasan seksual di kampus serasa hantu. Ada tapi tak terlihat. Jika ada yang melihat atau merasakan, mereka memilih lari. Tak mau melapor.
Sebanyak 18 mahasiswa mengaku pernah mendengar peristiwa kekerasan seksual di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Delapan diantaranya mengaku pernah melihat secara langsung. Dari delapan orang tersebut terdapat lima orang mengaku pernah menjadi korban.
Hal itu terkuak dalam survei yang dilakukan tim kalijaga.co melalui tagar #SaatnyaFDKBicara. Survei independen dilakukan terkait pemahaman warga Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas kekerasan seksual. Survei menggunakan metode stratified random sampling dalam kurun waktu 23 – 31 Mei 2023. Diikuti 57 responden, survey tersebut memiliki batas galat 13,1 persen.
Dari hasil survei diperoleh data jika 96,5% mahasiswa FDK mengakui mengetahui tentang pengertian kekerasan seksual. Namun, ketika kami memberikan salah satu poster berisi jenis dan bentuk kekerasan seksual, jumlahnya berkurang jadi 70,2%.
Mayoritas mahasiswa menafsirkan kekerasan hanya terjadi pada perempuan. Sejatinya banyak laki-laki yang juga pernah mengalami kekerasan seksual. Selain itu mayoritas mahasiswa juga mengartikan kekerasan seksual sebatas fisik, serta cenderung merujuk perkosaan. (hasil survei dapat diunduh di https://drive.google.com/drive/folders/1x4vvEhC0emd3fS9tjy6fDTvtiWpPOYb6 ).
“Terdapat seorang dosen di program studi di FDK yang memiliki kebiasaan berbeda. Ketika musim ujian akhir tiba, dosen tersebut menggunakan media video call untuk menguji mahasiswa,” ungkap seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya.
Untuk mahasiswa yang dalam preferensinya memiliki penampilan menarik, lanjut sumber tersebut, dosen akan memberikan waktu yang lama dan mengirim pesan lanjutan. Menurutnya, kejadian ini dapat menjadi pintu masuk kekerasan seksual.
“Kalau dari temen-temen, sejauh ini kebanyakan yang bodoamat, ya. Terus ada yang emang ‘apaan sih’, kaya risih gitu, tapi ya ga mau diperpanjang. Karena aku mikirnya mereka juga ada kekhawatiran nilai mungkin, ya. Nilainya takut bermasalah, bawa nama prodi juga, jadi rumit,” tandasnya.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Rafli, membenarkan adanya ‘hantu’ kekerasan seksual di fakultasnya. Ia sering mendengar kasus tersebut berseliweran. DEMA sendiri juga kerap menerima laporan terkait kasus kekerasan seksual.
“Sebetulnya sudah banyak laporan-laporan ke DEMA sendiri terkait kasus kekerasan seksual ini, dan dema mengupayakan agar lembaga ataupun satu wadah yang itu mewadahi penanganan kasus kekerasan seksual,” ujarnya saat ditemui kalijaga.co beberapa waktu lalu.
Namun, lanjut Rafli, kasus-kasus tersebut hanya menguap begitu saja setiap kali laporan kekerasan seksual ini dilaporkan. Padahal UIN Sunan Kalijaga mempunyai banyak lembaga atau organisasi yang concern dalam hal pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual hingga dalam lingkup fakultas. Namun kasus ini sukar untuk diselesaikan.
“Tapi, ya itu, masih banyak yang belum paham terkait itu. Mungkin karena faktor sosialisasi ataupun pemberitahuan infonya itu tidak sampai kepada teman-teman civitas academica baik itu dosen, tendik maupun mahasiswa, seperti itu,” jelasnya.
Rendahnya penanganan kasus kekerasan seksual, kata Rafli, menjadikan kasus kekerasan seksual selesai dengan cara kekeluargaan. DEMA FDK pernah membantu dan mengupayakan untuk mengadvokasi kasus kekerasan seksual di fakultas.
“Tapi sayangnya, di lingkungan fakultas itu selalu diselesaikan dengan basis kekeluargaan, bukan berdasarkan payung hukum. Alhasil, kasihan terhadap penyintas atau korban,” pungkasnya. (.)
Penulis: Tim Investigasi
[…] Baca juga: https://kalijaga.co/2023/06/15/hantu-kekerasan-seksual-masih-bergentayangan-di-kampus-uin-jogja/ […]
[…] Baca juga: https://kalijaga.co/2023/06/15/hantu-kekerasan-seksual-masih-bergentayangan-di-kampus-uin-jogja/ […]