Kalijaga.co – Praktik jual beli kursi penerimaan mahasiswa baru (PMB) terjadi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Peristiwa tak wajar tersebut melibatkan pejabat, mahasiswa hingga jejaring alumni.
Beberapa waktu lalu kalijaga.co berbincang dengan salah seorang mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang mengaku diterima di UIN Jogja melalui ‘jalur tikus’. Sebut saja Raka (bukan nama sebenarnya-red). Secara administratif dia diterima sebagai mahasiswa melalui Computer Based Test 2 (CBT 2), salah satu jalur PMB Mandiri di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sebelumnya Raka telah mencoba mendaftar melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN PTKIN), Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), dan Computer Based Test 1 (CBT). Ketiganya gagal.
Dia tetap ngotot kuliah di kampus hijau ini lantaran sudah menjadi tradisi keluarga. Raka diketahui lahir dari keluarga yang turun temurun berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Setelah dirasa buntu dengan perjuangannya, Raka bercerita bahwa Ia meminta tolong kepada saudaranya yang merupakan alumni UIN Sunan Kalijaga dan kini menjadi anggota DPRD untuk menghubungi pimpinan fakultas yang akan dia masuki, yaitu FDK. Ia berharap komunikasi tersebut dapat membantu agar dirinya diterima di salah satu prodi di FDK.
Skenario itu terjadi. Bahkan sejak Raka mengikuti CBT 1. Sayangnya dia melakukan kesalahan pribadi yang menyebabkan tidak lolos seleksi.
“yang pas pertama daftar mandiri kan sempet minta tolong lewat om kemaren itu telepon sama dekan fakultas, cuman ya salah daftar gitu masuknya. Dan gaji orang tua aslinya kan lima (juta-red) tak isi dua setengah (juta-red),” katanya.
Raka menjelaskan, saat CBT 1 dia menjatuhkan pilihan pertama di program studi (prodi) di luar FDK. Barulah pilihan kedua mengambil prodi di FDK. Meski begitu prodi pilihan kedua tetap saja tidak lolos.
Tak ingin kesalah terulang, dia memastikan saat CBT 2, prodi pilihan pertamanya berada di FDK.
Sementara itu, upaya komunikasi antara keluarga Raka dengan Dekan FDK terus dilakukan. Legislator di sebuah kabupaten di Jawa Tengah itu juga memanfaatkan salah satu mahasiswa FDK yang memang mempunyai kedekatan dengan dekan. Mahasiswa tersebut nantinya yang akan membantu Raka untuk menemui dekan.
“Kemarin juga sempat telepon sama mas Fadil (mahasiswa FDK, bukan nama sebenarnya-red) untuk minta tolong sambil tanya-tanya pendaftaran UIN itu bagaimana,” ucap Raka.
Ditemui terpisah, Dekan FDK Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd menyangkal adanya ‘jalan tikus’ di PMB Mandiri. Marhumah mengatakan bahwa di UIN Sunan Kalijaga tidak ada praktik “sogok-menyogok” atau “mahasiswa titipan”.
“Saya si melihat tidak ada, tapi saya ngga tau kalo ada,” ucapnya (23/5/2023)
Meskipun begitu Marhumah mengatakan bahwa dekan mempunyai 10 kuota untuk menerima mahasiswa baru lewat jalur mandiri. Prosesnya, dekan akan menerima daftar rangking calon mahasiswa baru dari admisi kemudian dekan memilih 10 mahasiswa yang akan diterima.
“Bu dekan disuruh nge-klik, jadi biasanya 10 setiap penerimaan mahasiswa baru dan itu hanya pada mandiri” jabarnya.
Tidak hanya praktik tersebut, dalam penerimaan mahasiswa baru ada calon mahasiswa yang mendapat privilege untuk diterima di UIN Sunan Kalijaga yaitu anak dari dosen dan anak tenaga pendidik, hal ini disampaikan oleh Marhumah. “memang dapat prioritas anaknya tendik dan anaknya dosen” pungkasnya.
‘Jalan tikus’ dalam penerimaan mahasiswa baru memang tidak bisa dipungkiri. Dari penelitian yang dilakukan oleh ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam rentang waktu 10 tahun, sejak tahun 2006 hingga Agustus 2016 tercatat sedikitnya 37 kasus korupsi yang terkait dengan perguruan tinggi. Pantauan ICW kemudian menemukan 12 pola korupsi di perguruan tinggi, dari 12 pola yang ditemukan salah satu polanya adalah melalui PMB jalur Mandiri. (.)
Penulis: Tim Investigasi
[…] Baca juga: https://kalijaga.co/2023/06/11/jalur-tikus-pmb-mandiri-uin-jogja/ […]