Kalijaga.co – Seorang pengrajin kulit telur dan lem tembak asal Bantul sukses membawa dagangannya hingga tingkat nasional. Ia adalah Sumarno atau yang kerap disapa Nano mengawali dagangannya di Dusun Karangmojo, Bantul, Yogyakarta. Usaha ini ia rintis pasca gempa tahun 2006 lalu.
Limbah telur yang menjadi sampah masyarakat ia olah menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai seni. Beragam aksesoris rumah tangga seperti vas bunga, kotak tissue, guci, hingga wayang berhasil ia buat.
Alasan awal Nano sederhana, karena hobi dan ingin melestarikan budaya seperti wayang membawanya hingga pameran-pameran tingkat nasional.
“Perjuangan merintis yang dilatari dari hobi yang sederhana dan ingin berusaha melestarikan budaya wayang serta kaligarafi dengan membuat karya seni dari kulit telur dan lem tembak karena itu ada pada bidang saya.” Ujar Nano.
Beberapa event kesenian tingkat daerah hingga nasional pernah ia ikuti. Beberapa pemeran itu: Pekan Produk Industri Kreative Nasional 2014 Bali, Pameran Terpadu 2017 Surabaya, PRJ (Pekan Raya Jakarta) Kemayoran 2018 dan rutin mengikuti Bantul Expo dari tahun 2011-2020.
Usaha kerajinan kulit telur dan lembak tembak dipatok harga mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung pada jenis, ukuran, kualitas dan tingkat kesulitannya. Seperti, wayang kulit sekitar Rp 300.000 per unit, kaligrafi Rp 350.000 per unit. Bahkan ada beberapa pelanggan yang memesan kerajinan ini untuk mahar pengantin. Permintaan pelanggan baginya hal yang menantang. Karena mereka akan meminta model baru dengan tingkat kesulitan dan detail yang lebih banyak.
Di tahun 2020, pandemic datang dan banyak menghancurkan sistem ekonomi masyarakat. hal ini juga dirasakan oleh Nano. Tidak ada lagi undangan untuk pameran, baik tingkat daerah atau nasional. Walaupun tidak ada pameran, Nano tetap menghidupi usahanya dengan mendirikan UMKM mikro di Bantul.
“Alhamdulillah minimal satu bulan ini bisa dapat tiga kali orderan kerajinan lem tembak untuk mahar pernikahan dan untuk kerajinan kulit telur belum bisa mengerjakan lagi sebab ada kegiatan berdagang makanan ringan untuk sampingan.” Terang Nano
Reporter: Muhammad Mahmud | Editor: Maria Al-Zahra