Kalijaga.co – Program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) angkatan 2021 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta akan melaksanakan kegiatan (PKL) ke Malaysia. Kegiatan ini bersifat wajib dan dilaksanakan pada September 2023. Namun, beberapa mahasiswa mengeluhkan pelaksanaan kegiatan PKL tersebut.
Hal ini dikarenakan biaya untuk PKL harus ditanggung sendiri oleh mahasiswa. Pihak kampus tidak memberi bantuan biaya apapun, termasuk kepada mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP). Biaya yang diperlukan sekitar 4,5 juta untuk akomodasi transportasi dan fasilitas lain seperti hotel hingga konsumsi.
Jeni (bukan nama sebenarnya) salah satu penerima KIP mengeluhkan biaya PKL yang cukup tinggi, sedangkan informasi yang diberitahukan baru satu tahun yang lalu. Padahal dirinya masih memiliki tanggungan kebutuhan lainnya.
“Bagi saya anak penerima KIP juga masih merasa keberatan karena masih banyak kebutuhan lain di semester 4. Selain itu, orang tua saya juga pastinya merasa keberatan karena informasi yang terlalu mepet,” sesalnya.
Tak hanya Jeni, Umar (bukan nama sebenarnya) juga menyatakan kurang setuju dengan kebijakan tersebut. menurutnya PKL ke luar negeri bukan pilihan yang tepat. Di dalam negeri kegiatan tersebut masih dapat dilakukan, tentu saja dengan biaya yang lebih terjangkau.
“Menurut saya PKL bisa dilakukan dimana saja, di dalam negri juga banyak tempat yang cocok dan bagus untuk PKL,” ujar Umar yang juga mahasiswa penerima KIP.
Keluhan lain datang dari Ani (bukan nama sebenarnya), baginya jika PKL diwajibkan, maka akan berpengaruh pada IPK. otomatis jika ia tidak mengikuti PKL, IPKnya akan menurun. Sedangkan di satu sisi dirinya tidak menyanggupi membayar biaya PKL yang cukup tinggi. Ia harus mengatur kembali keungannya untuk kuliah dan kebutuhan lain.
“Kalau PKL ini bersifat wajib dan pastinya akan berpengaruh juga ke IPK, artinya kalau IPK kurang akan mempengaruhi syarat penerima KIP,” ujar Ani.
Menurut Fitri Yuliawati, Sekretaris Prodi PGMi, PKL ke Malaysia dirasa tepat. Hal ini dikarenakan banyak institusi pendidikan lebih banyak dibanding Singapura dan Thailand. Sedangkan untuk harganya sudah diperhitungkan dan dinilai terjangkau bagi mahasiswa.
“Mahasiswa PGMI sudah dibekali dengan edupreneurship, dari prodi berharap ada effort untuk mencari dana sendiri tanpa merepotkan orang tua,” sanggahnya.
Mahasiswa juga diringankan dengan pelunasan sebanyak 3 kali. Bagi Fitri hal ini dirasa cukup membantu dalam biaya PKL September mendatang.
sumber gambar: Detik.com
Reporter: Ajeng Sabila | Editor: Maria Al-Zahra