0
0
Dalam lingkungan akademik, termasuk universitas, karya tulis sudah menjadi makanan sehari-hari bagi anggota masyarakatnya. Para Civitas academica membuat tulisan dengan tujuan yang beragam, di antaranya tugas esai, laporan penelitian, jurnal ilmiah, tugas akhir, surat motivasi permohonan beasiswa, hingga karya jurnalistik bagi anggota UKM jurnalistik kampus. Banyaknya tuntutan menulis membuat mahasiswa atau dosen menjadi terbiasa dengan aktivitas menulis, bahkan ‘percaya diri’ dengan kualitas tulisannya.
Ironisnya, masih banyak ditemukan kesalahan penulisan dalam teks tulisan orang-orang ‘terpelajar’ tersebut. Kekeliruan penulisan pada teks-teks yang justru banyak dijadikan rujukan, baik oleh civitas academica lain maupun orang awam. Hal ini berpotensi memunculkan kesalahpahaman pembaca terhadap inti tulisan. Selain itu dikhawatirkan terjadinya normalisasi kesalahan penulisan yang sama secara luas di masyarakat.
Berikut ini beberapa kesalahan penulisan yang sering ditemukan:
Penulisan Kata Kerja Pasif
Salah satu kesalahan yang paling sering ditemukan dalam teks adalah penulisan kata kerja pasif. Misalnya:
- Ketua organisasi sudah di tunggu oleh anggotanya.
- Celotehannya tidak di balas oleh teman-teman.
- Sejak semalam Ani tidak dapat di hubungi.
Contoh-contoh di atas seharusnya ditulis serangkai, yaitu ditunggu, dibalas, dan dihubungi. Berdasarkan EYD Edisi V sebagai panduan penulisan bahasa Indonesia terbaru, kata-kata di atas termasuk kata turunan yang mendapat imbuhan. Kata kerja ditulis serangkai dengan imbuhan ketika hendak mengubah kata dasar menjadi kata kerja pasif.
Penulisan Preposisi
Di sisi lain, tidak jarang juga ditemukan kesalahan pada penulisan sejumlah kata preposisi. Contoh:
- Dokumen itu sudah diletakkan diatas meja.
- Ada udang dibalik batu.
- Guru tidak mengajar dikelas hari ini.
Kekeliruan yang tercantum di atas seharusnya ditulis terpisah, yaitu di atas, di balik, dan di kelas. Bersumber pada EYD Edisi V, preposisi dalam contoh di atas termasuk bentuk kata depan. Penulisan kata depan yang tepat adalah terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh di atas sekadar bagian kecil dari fenomena kesalahan penulisan yang marak di kalangan terpelajar. Masih ada jenis kekeliruan lain yang umum terjadi dalam karya tulis, antara lain kesalahan pada pilihan bentuk atau jenis kata, struktur kalimat, peletakan tanda baca, penggunaan huruf kapital, penggunaan kata yang tidak baku, dan lain-lain.
Solusi meminimalisasi kedua kesalahan di atas adalah dengan menganalisis kata yang akan digunakan. Apabila suatu kata dapat diberi imbuhan me-, be-, atau me-kan, dan imbuhan sejenis lainnya, kata tersebut merupakan kata kerja. Dengan begitu, tambahan partikel di awal kata merupakan imbuhan dan harus ditulis serangkai. Sebaliknya, ketika suatu kata tidak dapat diimbuhi me-, be-, dan sejenisnya, kemungkinan besar partikel di depan kata tersebut merupakan kata depan yang harus ditulis secara terpisah.
Permasalahan ini sekiranya bersifat urgen untuk segera diatasi, agar kekeliruan penulisan dapat berkurang dan tidak semakin menular kepada masyarakat umum. Beberapa jalan yang dapat ditempuh untuk memperbaiki masalah ini adalah memperbanyak bacaan dari media yang kredibel. Tulisan hasil publikasi media kredibel umumnya sudah melalui proses penyuntingan yang layak.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah tidak malas memeriksa KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) untuk memastikan kata baku yang tepat digunakan. Para mahasiswa atau dosen perlu mengikuti perkembangan kebijakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perkembangan terkini dari Badan Bahasa adalah diresmikannya EYD Edisi V sebagai panduan kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia.
Sumber foto: Campuspedia.com
Penulis: Aulia Zahra Amalia | Editor: Maria Al-Zahra
