Teras Malioboro, Jalan Keluar Atau Sumber Masalah?

1 0
Read Time:2 Minute, 54 Second

Kalijaga.co – Sore itu langit Jogja tengah dihiasi hujan gerimis. Aroma khas hujan yang membasahi bumi berpadu dengan aroma takjil yang terpajang di halaman depan Teras Malioboro 2. Sembari menunggu waktu berbuka puasa, seorang pria berusia 60 tahun tengah sibuk menata dagangannya. Daster yang menjadi salah satu oleh-oleh khas Jogja itu ia pajang satu per satu. Tidak banyak pengunjung yang berkeliaran di lorong itu. Meski begitu, wajah penuh semangat Sareng- begitulah ia disapa- dan kawannya tak kunjung sirna.

Dengan ramah Sareng menyambut orang-orang yang menyapanya sore itu. Ditinggalkannya kegiatan yang tengah ia lakukan, lalu duduk dengan nyaman untuk sekedar  mengobrol atau melayani pembeli. Wajahnya yang mulai dihiasi keriput itu nampak antusias saat diajak berbicara.

Ramadhan di Teras Malioboro 2

Setahun berlalu semenjak relokasi PKL di Malioboro tidak banyak perubahan signifikan.  Ramadhan tahun ini adalah kali kedua Sareng berdagang di Teras Malioboro 2. 

 “Ramadhan yang pertama itu biasa aja, namun Ramadhan kedua ini agak mengalami penurunan.” Katanya.

 Konsumen dan pengunjung terus semakin berkurang, dengan begitu jelas akan berdampak pada penghasilan yang ia dapatkan. Hal ini membuat Sareng libur hampir selama sepuluh hari. Pun, pedagang pain melakukan hal yang sama dengannya.

“Pas buka tetap masih sepi juga, paling satu atau dua pengunjung saja.” tambahnya sembari menunjuk kios-kios di sepanjang lorong yang memang sangat sepi dan lenggang.

Di saat Ramadhan seperti ini tidak banyak pengunjung yang datang. Berjalan kaki sembari menahan dahaga di sepanjang jalan Malioboro terasa melelahkan bagi pengunjung. Menurut Sareng, dahulu pada 20 hari pertama Ramadhan jarang ada pengunjung yang datang. Barulah akan sedikit ramai di hari-hari terakhir menjelang Lebaran. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, kini banyak masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara online melalui aplikasi. Hal tersebut sedikit banyak berdampak pada pedagang seperti Sareng.

Perubahan Drastis Sebelum dan Sesudah Relokasi

Sareng mengingat kembali masa kejayaannya sebagai pedagang. Dahulu saat ia masih menjejalkan dagangannya di jalan kaki lima Malioboro, omzet yang dihasilkan mencapai tiga juta perhari. Meski begitu, baginya nominal tersebut dirasa masih kurang. Sedangkan setelah relokasi, jangankan tiga juta, omzet tiga ratus ribu perhari saja cukup membuatnya terbang.

Perubahan drastis yang Sareng rasakan sebelum dan sesudah relokasi membuatnya banyak belajar. Meski kini dagangannya tak selaris dulu, Sareng tetap bersyukur.

“Yaa, alhamdulillah di sini (Teras Malioboro 2) tidak kena pajak, lampu nggak bayar, distribusi nggak ada, tempat dagangnya gak bayar penjaga. Kalau dulu waktu di Malioboro (PKL) pasti bayar.” Ucapnya. Sareng agak tenang setidaknya sejauh ini ia dan para pedagang lainnya tidak dimintai bayar sewa tempat dan fasilitas lainnya oleh pemerintah.

Kendati demikian, Sareng mendengar kabar burung bahwa tahun depan para pedagang mulai wajib membayar biaya fasilitas. Terutama pembayaran listrik.  Usaha yang sedang mengalami kemerosotan, ditambah dengan desas-desus yang kemungkinan akan mengeluarkan biaya, menjadi beban bagi pedagang kecil seperti Sareng.

“Saya terima apa adanya, saya semangati diri, yang penting tidak putus asa, semangat terus, dan yakin pasti akan ada jalan keluarnya.” ungkapnya.

Berfikir untuk memprotes atau menuntut pemerintah, tidak menjadi pilhan bagi Sareng. Dirinya cukup nrimo semua kebijakan yang dibuat oleh Perda. Pemikiran sepeti ini nampaknya dialami oleh pedagang selain Sareng. Ia merasa tidak punya dasar yang kuat untuk memprotes kebijakan pemerintah.

“Tidak perlu protes, kita bukan orang penting. Kita hanya wayang yang dikendalikan dalang. Wong cilik mah manut (orang kecil itu nurut saja). Satu kata yaa matur nuwun (terimakasih). Dipindah yaa terima, tidak dipindah ya sudah. Toh orang di sini (Teras Malioboro 2) juga ngga ada yang beli.” ucapnya sembari tersenyum miris.

Reporter: Wimbi Nur | Editor: Maria Al-Zahra

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *