Kalijaga.co – Penghapusan tes membaca, menulis, dan berhitung (calistung) untuk masuk Sekolah Dasar (SD) menjadi angin segar bagi dunia pendidikan. Meski begitu beberapa sekolah melaksanakan penjajakan kemampuan akademik siswa setelah masa adaptasi sekolah.
Salah satunya adalah SD Muhammadiyah Karangkajen 2. Siswa baru di SD tersebut harus mengikuti sesi penjajakan. Kepala SD Muhammadiyah Karangkajen 2 Novia Nuryany menyebut, sistem penjajakan di sekolahnya dinamakan dengan assesment diagnostic.
“Dengan melakukan assessment diagnotic maka kita tahu bahwa anak ini sudah bisa membaca, sudah bisa menulis, sudah bisa berhitung dan sebagainya. Karena basic kita di SD Islam maka penjajakan iqro atau ummi juga dilakukan sebagai modal dasar guru memahami kondisi siswa di dalam kelas,” katanya.
Di masa-masa awal masuk SD, sambungnya, siswa tidak langsung diajarkan calistung. Pada satu sampai dua bulan pertama transisi TK ke SD, guru akan mengajarkan bagaimana caranya bertanggung jawab, bersosialisasi dengan teman-temannya, dan adaptasi dengan sekolah baru. “Baru setelah itu mulai diajarkan calistung dan sebagainya,” tandasnya.
Siti Aminah, guru kelas 1 SD Muhammadiyah Karangkajen 2 menyebutkan bahwa peran guru di awal masa SD ini sangatlah penting. Sebab, harus ada perlakukan yang berbeda terhadap siswa-siswa yang belum bisa membaca. Oleh karena itu, guru harus memberikan pendampinga khusus bagi siswa-siswa tersebut.
“Pendampingan ini bisa dilakukan saat pulang sekolah dengan durasi waktu 10 menit untuk latihan membaca, atau bisa dilakukan saat istirahat maupun saat ada waktu luang,” paparnya.
Adanya pengumuman soal penghapusan tes calistung dari Mendikbudristek ini, menurut Siti, tidak mempengaruhi apapun bagi guru kelas 1. Sebab, siswa yang saat di TK sudah dikenalkan dengan huruf, saat masuk SD dilanjutkan pengenalan huruf juga.
“Jika di TK sudah diajarkan membaca beberapa kalimat maka di SD dilanjutkan dengan membaca beberapa paragraf,” pungkasnya. (pgmi)
Reporter : Alifah Destriana Nurbaithi dan Fera Kaptiningsih